Senin 12 Oct 2020 18:52 WIB

Epidemiolog: Kini Sumbar Harus Belajar ke Sulsel dan Jatim

Sumbar tidak pernah mengevaluasi masalah Covid-19 sejak masuk tatanan kebiasaan baru

Rep: febrian fachri/ Red: Hiru Muhammad
Seorang bellboy menunjukan stiker tanda bebas COVID-19, di hotel Grand Zuri Padang, Sumatera Barat, Rabu (1/7/2020). Dalam rangka memberikan rasa aman dan nyaman kepada tamu hotel dan wisatawan yang akan menginap, Pemprov Sumbar memberikan sertifikat bebas COVID-19 kepada 23 hotel berbintang di daerah itu yang seluruh karyawannya sudah menjalani tes usap dan menerapkan protokol kesehatan dalam pelayanan. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/foc.
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Seorang bellboy menunjukan stiker tanda bebas COVID-19, di hotel Grand Zuri Padang, Sumatera Barat, Rabu (1/7/2020). Dalam rangka memberikan rasa aman dan nyaman kepada tamu hotel dan wisatawan yang akan menginap, Pemprov Sumbar memberikan sertifikat bebas COVID-19 kepada 23 hotel berbintang di daerah itu yang seluruh karyawannya sudah menjalani tes usap dan menerapkan protokol kesehatan dalam pelayanan. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/foc.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG--Epidemiolog Universitas Andalas Defriman Djafri menyebut saat memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ada banyak daerah yang belajar ke Sumatera Barat untuk penanganan covid-19. Karena PSBB di Sumbar mendapat banyak apresiasi dari pemerintah pusat lantaran sukses menekan angka pertumbuhan kasus covid-19.

Tapi setelah PSBB tidak lagi diperpanjang dan memberlakukan adaptasi kebiasaan baru, kasus penularan virus corona di Sumbar kembali naik. Bahkan sekarang angka kasus positif covid-19 di Sumbar menembus 8 ribu lebih.

Sekarang daerah yang dinilai sukses menangani covid-19 menurut Defriman adalah Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Padahal dua daerah ini pernah mengundang Kepala Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Dr Andani Eka Putra untuk memberikan masukan dalam hal testing secara masif. "Dahulu Sumbar diminta membantu Sulsel dan Jatim. Sekarang tidak ada salahnya kita (Sumbar) yang belajar ke daerah lain," kata Defriman kepada Republika, Senin (12/10).

Defriman menyebut Sumbar tidak pernah melakukan evaluasi masalah penanganan covid-19 terutama sejak memasuki tatanan kebiasaan baru. Sehingga strategi penanganan covid-19 di Sumbar tidak pernah diperbarui sedangkan kasus terus tumbuh. Defriman melihat penanganan covid-19 di Sumbar terfokus kepada testing. Sementara orang-orang yang menularkan covid terus berkeliaran. Sumbar kata dia belum mampu menyadarkan masyarakat untuk patuh melindungi diri dengan protokol kesehatan.

"Langkah dan strategi yang diambil setelah masa PSBB saat ini, belum bisa menekan Rt/Re secara signifikan seperti masa PSBB 3 jilid dilaksanakan," ujar Defriman.

Defriman menyarankan Pemprov Sumbar bersama Gugus Tugas Penanganan Covid-19 agar menata ulang strategi penanganan covid. Supaya pandemi ini tidak terus berlarut-larut. masyarakat juga diminta tetap mematuhi protokol kesehatan dengan benar. Seperti memakai masker,  menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun. 

Sebelumnya diberitakan Presiden Joko Widodo hari ini memuji Sulsel dan Jatim karena dinilai berhasil menanganani covid-19. Jokowi meminta daerah lain mencontoh cara dua provinsi tersebut supaya sama-sama mampu menekan pertumbuhan atau penularan covid.

Jokowi justru menyebut Kota Padang sebagai satu dari daerah penyumbang angka covid-19 di Indonesia bersama dengan 11 daerah kabupaten/kota lainnya. Selain Padang adalah Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur, Kota Ambon, Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten Bekasi, dan Kota Pekanbaru. 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement