Selasa 13 Oct 2020 14:55 WIB

Ekonomi Pulih, Perdagangan China Tumbuh dengan Cepat

Laporan perdagangan China pada September menunjukkan kenaikan ekspor-impor.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Bendera China. Ekonomi China mulai pulih dengan naiknya perdagangan
Foto: ABC News
Bendera China. Ekonomi China mulai pulih dengan naiknya perdagangan

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perdagangan China pada bulan September lalu tumbuh semakin cepat. Perekonomian terbesar kedua di dunia itu tampaknya sudah mulai pulih dari dampak ekonomi pandemi virus corona.

Data bea cukai menunjukkan ekspor negeri tirai bambu naik 9,9 persen menjadi 239,9 miliar dolar AS dibandingkan bulan Agustus yang sebesar 9,5 persen. Sementara, impor naik 13,2 persen menjadi 202,8 miliar dolar, naik dari bulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 2,1 persen.

Baca Juga

Para eksportir mulai merasakan manfaat keputusan China untuk membuka kembali aktivitas ekonomi mereka yang sebelumnya ditutup karena pandemi virus corona dan permintaan masker dan komoditas medis dunia. Mereka mengambil pangsa pesaing internasional yang masih terhambat pandemi.

"Wabah terbaru yang terjadi di mitra bisnis akan menjadi tantangan, tapi pengiriman produk mendapat keuntungan dari produk yang berhubungan dengan virus yang seharusnya tetap tinggi," kata laporan ekonom Oxford Economics Louis Kuijs dalam laporannya Selasa (13/10).  

Perdagangan global China melonjak tajam 6,6 persen menjadi 37 miliar dolar. Tapi dalam periode Agustus ada jarak 58,9 miliar dolar.

Ekspor ke AS naik 20,5 persen dibandingkan tahun lalu menjadi 44 miliar dolar. Walaupun, tarif pemerintah Donald Trump dalam perang dagang semakin tinggi. Impor barang-barang AS naik 24,5 persen menjadi 13,2 miliar dolar.

China menjadi perekonomian besar pertama yang berhasil rebound ke level pertumbuhan sebelum pandemi. Pemerintah China melaporkan awal tahun ini pertumbuhan ekonomi naik 3,2 persen.

Pengamat memperkirakan akselerasi terjadi selama tiga bulan akan berakhir pada bulan September. Pabrik mobil dan pabrik-pabrik besar lainnya sudah beroperasi normal.

Sehingga akan mendorong permintaan impor biji besi, tembaga dan bahan baku industri lainnya. Importir akan mendapat keuntungan dari turunnya harga minyak dan komoditas lain karena lemahnya permintaan.

Ritel akan masih lemah sebab konsumen masih khawatir akan kehilangan pekerjaan dan tidak ingin melakukan pembelian besar. Pada bulan Agustus, pengeluaran konsumen sudah menjadi di titik sebelum pandemi tapi hanya naik 0,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya.  

Para ekonom memperingatkan sejumlah eksportir telepon pintar dan teknologi canggih China lainnya akan menghadapi tekanan dari peraturan Washington yang melarang sejumlah komponen masuk ke AS atas alasan keamanan. 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement