Ahad 18 Oct 2020 12:19 WIB

Ilmuwan Sebut Bintang Betelgeuse Ternyata tak Terlalu Besar

Bintang Betelgeuse masih menjadi kandidat utama bintang yang akan meledak.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Foto konstelasi Orion yang diambil ilmuwan Rogelio Bernal Andreo pada Oktober 2010. Betelgeuse nampak berwarna merah kekuningan pada bagian kiri bawah.
Foto: Sumber: Wikimedia Commons
Foto konstelasi Orion yang diambil ilmuwan Rogelio Bernal Andreo pada Oktober 2010. Betelgeuse nampak berwarna merah kekuningan pada bagian kiri bawah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bintang Betelgeuse raksasa merah di rasi bintang Orion mungkin tidak terlalu besar atau jauh seperti yang diperkirakan sebelumnya. Penelitian baru menunjukkan, raksasa merah ini masih menjadi kandidat utama untuk mengakhiri hidupnya dalam ledakan Supernova. Bintang itu akan membakar bahan bakar nuklirnya yang terakhir.

Spekulasi terkait kapan ledakan tersebut terjadi, diharapkan meningkat setelah bintang raksasa merah meredup selama setahun terakhir. Namun, pengamatan ekstensif menunjukkan penjelasan yang berbeda.

Baca Juga

Pertama, sebagian besar peredupan itu disebabkan oleh awan besar puing-puing berdebu yang dilemparkan oleh bintang yang membengkak di sepanjang garis pandang ke bumi. Kedua, dipicu oleh gelombang tekanan yang mendorong denyut nadi di bintang raksasa.

“Ini biasanya salah satu bintang paling terang di langit, tapi kami telah mengamati dua tetes kecerahan Betelgeuse sejak akhir 2019,” kata Peneliti dari Universitas Nasional, dilansir di Astronomynow, Ahad (18/10).

Dia menambahkan kondisi tersebut memicu spekulasi bintang raksasa akan meledak. Berdasarkan penelitiannya menunjukkan hal yang berbeda.

“Kami tahu peristiwa peredupan pertama melibatkan awan debu. Kami menemukan peristiwa kecil kedua kemungkinan besar karena denyutan bintang," ujar dia.

Peneliti Shing-Chi Leung dari Universitas Tokyo mengatakan tim peneliti memastikan gelombang tekanan yang pada dasarnya adalah gelombang suara dengan menggunakan pemodelan hidrodinamik dan seismik. “Gelombang suara - adalah penyebab denyut Betelgeuse," kata Shing-Chi Leung.

Penelitian yang diterbitkan dalam The Astrophysical Journal, menunjukkan saat ini Betelgeuse membakar helium di intinya yang berarti tidak akan meledak.

Berdasarkan analisis gelombang tekanan dan haidnya, penelitian menunjukkan Betelgeuse tidak sebesar yang diperkirakan sebelumnya. Jika ditempatkan di pusat tata surya bumi, radius bintang akan meluas sekitar dua per tiga dari jalan ke Jupiter.

Dari perhitungan tersebut, para peneliti menyimpulkan Betelgeuse berjarak sekitar 530 tahun cahaya dari bumi, bukan 700 tahun cahaya dari perkiraan sebelumnya. Kabar baiknya, itu masih terlalu jauh dari bumi untuk menjadi ancaman setiap kali bintang itu akhirnya meledak.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement