Selasa 20 Oct 2020 13:22 WIB

175 Juta Anak Usia Dini tak Miliki Akses PAUD

Setengah populasi anak usia pra sekolah tak miliki akses PAUD.

Siswa mengikuti prosesi wisuda di TK Al Khodijah, Tiudan, Tulungagung, Jawa Timur, Sabtu (20/6/2020). Guna mencegah penularan virus COVID-19 memasuki era kenormalan baru (new normal), sekolah ini menerapkan protokol kesehatan ketat saat melaksanakan upacara wisuda 60 siswa TK dan KB (kelompok belajar/pendidikan usia dini) setempat, diantaranya wajib menggunakan masker, pemeriksaan suhu tubuh, dan penggunakan pelindung wajah transparan (face shield)
Foto: Antara/Destyan Sujarwoko
Siswa mengikuti prosesi wisuda di TK Al Khodijah, Tiudan, Tulungagung, Jawa Timur, Sabtu (20/6/2020). Guna mencegah penularan virus COVID-19 memasuki era kenormalan baru (new normal), sekolah ini menerapkan protokol kesehatan ketat saat melaksanakan upacara wisuda 60 siswa TK dan KB (kelompok belajar/pendidikan usia dini) setempat, diantaranya wajib menggunakan masker, pemeriksaan suhu tubuh, dan penggunakan pelindung wajah transparan (face shield)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Education Specialist Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) Indonesia Nugroho Indera W mengatakan secara global terdapat 175 juta anak usia dini tak memiliki akses layanan pendidikan anak usia dini (PAUD). Jumlah ini setara dengan setengah dari jumlah populasi anak usia pra-sekolah

"Ini menjadi masalah dan itu terjadi sebelum adanya pandemi COVID-19," katanya pada kegiatan peluncuran analisis perkembangan anak usia dini Indonesia 2018 secara virtual, Selasa (20/10).

Baca Juga

Setelah pandemi di berbagai negara, kondisi tersebut semakin meningkatkan krisis bagi anak-anak yang tidak bisa mengakses PAUD. Kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap hasil pencapaian perkembangan anak yang meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotorik, hingga sosial spiritual moral.

Ia mengatakan COVID-19 telah menyebabkan krisis akut pada pengasuhan dan pembelajaran. Hal ini berdampak pada hasil capaian perkembangan anak. Menurut dia, diperlukan upaya secara sistematis memonitor dan melakukan intervensi yang berbasis bukti atau data.

Tujuannya ialah melihat tren dari tahun ke tahun serta mengkomparasikan data-data perkembangan anak dengan negara-negara lain.

Ia menjelaskan pengukuran perkembangan anak dapat meningkatkan kesempatan anak usia dini untuk tumbuh kembang secara optimal. Artinya, hal tersebut dapat menjadi sebuah acuan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan terkait sumber daya manusia khususnya anak usia dini.

Sifat perkembangan anak usia dini, dia adalah multi dimensional. Sebab, pada prosesnya tidak hanya mengukur aspek kognitif namun juga fisik, motorik kasar maupun motorik halus dan lain sebagainya.

Sementara itu, Deputi Bidang PMMK Kementerian PPN/Bappenas Subandi Sardjoko mengatakan berbicara masalah PAUD artinya upaya memenuhi kebutuhan esensial bagi anak.

Pertama, pengasuhan yang baik. Anak yang tumbuh dengan sehat dan memiliki kecerdasan intelektual bagus dipengaruhi pola asuh yang baik saat dia kecil bahkan dari dalam kandungan.

Yang kedua, ialah masalah kesehatan dan gizi. Setiap orang tua juga harus paham mengenai dua hal poin tersebut agar tumbuh kembang anak berjalan dengan optimal.

"Kebutuhan esensial lainnya ialah perlindungan bagi anak dari kekerasan," ucap dia.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement