REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Direktur China National Pharmaceutical Group (Sinopharm) Liu Jingzhen mengatakan perusahaannya mungkin memiliki kapasitas untuk memproduksi satu miliar dosis vaksin pada 2021. Saat ini vaksin yang dikembangkan Sinopharm sedang menjalani proses uji klinis fase ketiga.
Informasi tentang kapasitas produksi vaksin itu disampaikan Liu dalam konferensi pers pada Selasa (20/10). Tian Baoguo, seorang pejabat Kementerian Sains dan Teknologi China yang turut menghadiri konferensi pers tersebut, mengungkapkan saat ini terdapat sekitar 60 ribu warga yang dilibatkan dalam proses uji klinis vaksin fase ketiga.
Menurut Tian, sejauh ini tak ada efek samping serius yang dilaporkan. Selain relawan, ratusan ribu warga China telah diberi vaksin tahap percobaan eksperimental. Itu menjadi bagian dari program inokulasi darurat yang diluncurkan pada Juli lalu.
Direktur Komisi Kesehatan Nasional China Zheng Zhongwei mengungkapkan, staf medis dan petugas inspeksi perbatasan termasuk dalam pekerja esensial yang telah divaksin. Mereka dikategorikan sebagai kelompok yang berisiko terinfeksi Covid-19.
"Sebagian besar kasus di China sekarang diimpor, jadi petugas perbatasan adalah kelompok berisiko tinggi," kata Zheng saat diwawancara China Central Television pada Agustus lalu. Dia mengungkapkan proses vaksinasi berikutnya kemungkinan menyasar mereka yang bekerja di sektor transportasi dan pasar basah.
Zheng menjelaskan sejak pemerintah menyetujui peluncuran vaksin "penggunaan eksperimental" pada 22 Juli lalu, pemberian vaksin kepada kelompok berisiko diizinkan. Dengan demikian, proses vaksinasi terhadap mereka sejalan dengan hukum.
Menurut laporan South China Morning Post, Zheng tidak mengungkap vaksin eksperimental mana yang telah digunakan. Dia pun tak menyebut berapa banyak pekerja yang telah divaksinasi.
Empat dari tujuh vaksin dunia yang berada dalam tahap uji coba ketiga berasal dari China. Dua kandidat berasal dari China National Biotec Group (CNBG), unit perusahaan farmasi Sinopharm.
Sinovac Biotech sedang mengembangkan kandidat ketiga yang disebut CoronaVac. Sementara CanSino Biologics, bekerja sama dengan unit penelitian Akademi Ilmu Kedokteran Militer, tengah menguji Ad5-nCoV.