Kamis 22 Oct 2020 17:22 WIB

IMF: Ekonomi Asia Pasifik Bisa Tumbuh 7 Persen

Asia harus mendiversifikasi ekonominya agar tak bergantung ekspor.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Fuji Pratiwi
Logo Dana Moneter Internasional (IMF) di luar kantor pusatnya di Washington, DC, AS (ilustrasi). IMF memproyeksikan ekonomi kawasan Asia Pasifik bisa tumbuh hingga tujuh persen pada tahun depan.
Foto: EPA-EFE/JIM LO SCALZO
Logo Dana Moneter Internasional (IMF) di luar kantor pusatnya di Washington, DC, AS (ilustrasi). IMF memproyeksikan ekonomi kawasan Asia Pasifik bisa tumbuh hingga tujuh persen pada tahun depan.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Asia Pasifik bersiap untuk pulih dari resesi terburuknya pada 2021. Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan, perkiraan pertumbuhan wilayah Asia Pasifik telah diturunkan lagi, kali ini dari 1,6 persen menjadi -2,2 persen untuk tahun ini.

Namun menurut IMF, Asia Pasifik akan pulih hampir tujuh persen tahun depan. China akan memainkan peran besar dalam pertumbuhan kawasan ini tahun depan, dengan data terbaru menunjukkan pemulihan berkelanjutan setelah terjadi kelesuan ekonomi akibat wabah virus corona.

Baca Juga

Tetapi masih banyak tantangan ketika negara-negara Asia Pasifik, termasuk India, Filipina, dan Malaysia, terus berjuang melawan infeksi Covid-19. "Dampaknya akan sangat dalam," kata IMF, menunjuk pada investasi yang lebih rendah yang akan berdampak besar pada pertengahan dekade ini, dilansir BBC, Kamis (22/10).

Tidak hanya dampak pandemi, ekonomi Asia Pasifik juga terpengaruh perang perdagangan AS-China dan meningkatnya permusuhan antara kedua negara adidaya ekonomi tersebut. Penjabat Direktur IMF untuk Asia dan Pasifik, Jonathan Ostry mengatakan, untuk kawasan yang sangat berorientasi ekspor, hal ini akan menjadi risiko besar di masa depan.

"Kami khawatir tentang pemisahan pusat teknologi utama, tidak hanya di China dan AS tetapi lebih luas. Hal ini akan berdampak pada berkurangnya perdagangan teknologi tinggi yang mengarah ke produksi yang tidak efisien," kata Ostry.

Awal pekan ini, China merilis data kuartal Juli hingga September yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi 4,9 persen dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu. IMF memandang China sebagai sosok positif yang langka di lautan negatif.

Kabar baiknya, IMF mengharapkan kawasan Asia Pasifik tumbuh 6,9 persen pada 2021, tetapi ini bergantung pada banyak faktor, termasuk menahan laju sebaran virus corona.

"Dengan kebijakan yang tepat dan dukungan internasional saat dibutuhkan, mesin Asia dapat bekerja bersama lagi dan menggerakkan kawasan ini ke depan," kata Ostry.

Salah satu tantangannya adalah mendiversifikasi ekonomi Asia agar tidak terlalu bergantung pada ekspor, yang menurut IMF pekerjaan yang sedang berjalan.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement