Jumat 23 Oct 2020 05:40 WIB

Nasib Pendidikan Muslim India Pascaruntuhnya Dinasti Islam

Muslim di India mengalami kesulitan dalam pendidikan

Rep: Uji Sukma Medianti/ Red: Nashih Nashrullah
Muslim di India mengalami kesulitan dalam pendidikan pada awal runtuhnya dinasti Islam Mughal. Universitas Aligarh India
Foto: NDTV
Muslim di India mengalami kesulitan dalam pendidikan pada awal runtuhnya dinasti Islam Mughal. Universitas Aligarh India

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Hasil kebijakan pendidikan baru yang diperkenalkan Inggris di India, melahirkan kelas menengah baru di tengah masyarakat tradisional. Itu merupakan produk pendidikan barat dan hampir tak ada kalangan muslim di dalamnya.

Mereka menghindari pendidikan barat, menjauhi perdagangan dan industri serta ketaatan mereka pada cara-cara feodal, menjadi awal bagi orang Hindu India yang mereka manfaatkan dan pertahankan. 

Baca Juga

Kebijakan Inggris cenderung pro-Hindu dan anti-Islam, kecuali di Punjab, Muslim lebih mudah menyerap pendidikan Barat daripada di tempat lain. Namun, mereka menyadari cara mendominasi anak muda di salah satu negara paling luas di dunia itu adalah dengan menyeimbangkan kekuatan dominan. 

Di sisi lain, Muslim, yang belum melupakan hari-hari besar Kekaisaran Mughal, mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan status minoritas di antara populasi. Salah satu intelektual Muslim di India, Sir Syed Ahmad, menyadari perlunya mendidik Muslim di India menggunakan bahasa Inggris.  

Syed Ahmad adalah seorang reformis yang ingin mendamaikan pemikiran ilmiah modern dalam Islam. Dia menunjukkan kesamaan dasar antara Islam dan Kristen. Di atas segalanya, dia sangat ingin mendorong jenis pendidikan baru.  

Permulaan gerakan nasional membuatnya takut, karena dia mengira bahwa setiap penentangan terhadap pemerintah Inggris akan menghilangkan bantuan mereka dalam program pendidikannya.  

Mengingat kebutuhan pendidikan umat Islam, dia mendirikan Aligarh College dan mencoba untuk membuat Muslim India layak dan berguna sebagai subyek mahkota Inggris. Dia memulai 'Gerakan Aligarh' untuk menyebarkan pendidikan Barat di kalangan Muslim tanpa melemahkan kesetiaan mereka kepada Islam. 

Gerakan ini bertujuan untuk mengembangkan komunitas sosial dan budaya yang berbeda di antara Muslim India pada garis modern. Dia mengutuk poligami dan larangan sosial terhadap pernikahan janda, padahal dibolehkan oleh Islam. 

Dilansir dari Pakistan Today, dilihat dari sudut pandang komunal, gerakan tersebut pada hakikatnya merupakan gerakan reaksioner kelas atas Muslim terhadap keistimewaan yang dinikmati oleh kelas menengah Hindu. Sir Syed Ahmad memiliki ketakutan bahwa kemajuan umat Hindu di segala bidang akan mengakibatkan dominasi.  

Pada awal fase pasca-Pemberontakan, Muslim India ragu-ragu ke mana harus berpaling. Terlepas dari Gerakan Aligarh Sir Syed Ahmad Khan dan Gerakan Ahmadiyah yang didirikan Mirza Ghulam Ahmad, kaum intelektual Muslim pada awalnya terdiri dari tuan tanah atau bagian tertentu dari kelas atas. Mereka tidak menyentuh massa perkotaan atau pedesaan, yang sama sekali terputus dari kelas atas mereka dan jauh lebih dekat dengan massa Hindu.   

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement