REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan minuman ringan Coca Cola bangkit dari keterpurukan saat pandemi Covid-19. Pada Kamis (23/10), perusahaan melaporkan bahwa pendapatan dan labanya mengalami peningkatan yang melebihi ekspektasi, menyusul pembukaan kembali sebagian besar bioskop dan restoran di banyak negara, secara khusus Amerika Serikat (AS).
Sebelumnya, Coca Cola mengalami kondisi kuartal dua yang buruk, dengan penurunan penjualan hingga sekitar 50 persen pada April lalu. Ini adalah waktu puncak, di mana banyak negara di seluruh dunia memberlakukan aturan pembatasan seperti karantina wilayah (lockdown) yang memaksa banyak bisnis dan tempat-tempat publik ditutup.
Coca Cola menghasilkan sekitar setengah dari pendapatannya dengan menjual minuman ringan di tempat-tempat umum. Penutupan yang dilakukan di banyak tempat memaksa perusahaan untuk menawarkan pengurangan sukarela kepada sekitar 4.000 pekerja di AS.
Kepala Eksekutif Coca Cola, James Quincey, mengatakan bahwa situasi saat ini sangat dinamis. Ia menyebut, potensi meningkatnya kasus Covid-19 selama musim dingin dapat mengakibatkan aturan pembatasan regional kembali diberlakukan. Pemulihan dalam penjualan "jauh-dari-rumah" telah menunjukkan tanda-tanda terhenti pada September.
"Kami tidak berharap untuk kembali ke tingkat puncak lockdown global, tetapi kami siap untuk kemunduran, karena lonjakan kasus lokal dan pembatasan serta penutupan yang ditargetkan," kata Quincey kepada para analis.
Perusahaan mengatakan, konsumen membeli lebih banyak minuman ringan bersoda dan jus dari toko bahan makanan dan toko daring. Analis Edward Jones, John Boylan, mengatakan bahwa efek Covid-19 mungkin bertahan setidaknya untuk beberapa kuartal, tetapi saat itu akan terlihat kemajuan yang lebih baik dari yang diharapkan.
Rival Coca Cola, PepsiCo Inc, juga dilaporkan selamat dari kemerosotan yang dipicu oleh lockdown dengan penjualan yang lebih baik di toko serbaada dan pompa bensin. Apalagi, saat ini telah ada lebih banyak permintaan untuk makanan ringan.
Coca-Cola mengatakan, pihaknya akan memangkas jumlah merek hingga setengahnya menjadi sekitar 200 dan menghentikan produk minuman air kelapa Zico dan soda TaB. Ini adalah bagian dari strategi untuk merampingkan portofolio minuman dan lebih fokus pada produk populer.