Senin 26 Oct 2020 14:04 WIB

Minim Testing, Epidemiolog: Ada Potensi Silent Outbreak

Tiap individu bisa saja menjadi pembawa virus tanpa mengetahuinya.

Rep: Rizky Surya/ Red: Friska Yolandha
Epidemilog dari Universitas Griffith, Australia Dicky Budiman memantau makin lebarnya jurang pemisah antara jumlah suspek Covid-19 dan individu yang dites Covid-19. Dicky mengungkap adanya potensi silent outbreak atau pandemi senyap akibat hal ini.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Epidemilog dari Universitas Griffith, Australia Dicky Budiman memantau makin lebarnya jurang pemisah antara jumlah suspek Covid-19 dan individu yang dites Covid-19. Dicky mengungkap adanya potensi silent outbreak atau pandemi senyap akibat hal ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemilog dari Universitas Griffith, Australia Dicky Budiman memantau makin lebarnya jurang pemisah antara jumlah suspek Covid-19 dan individu yang dites Covid-19. Dicky mengungkap adanya potensi silent outbreak atau pandemi senyap akibat hal ini.

Dicky menyebut gap antara jumlah suspek dengan individu yang dites makin menjauh sejak akhir Agustus lalu. Ia mengingatkan fenomena ini bukan pertanda bagus dalam upaya mengatasi pandemi Covid-19 di Tanah Air.

"Karena artinya jumlah tes tidak seimbang dengan eskalasi pandeminya. Ini jadi salah satu indikator (buruknya penanganan Covid-19)," kata Dicky pada Republika.co.id, Senin (26/10).

Dicky meminta pemerintah dan masyarakat mewaspadai potensi pandemi senyap yang bisa saja muncul sewaktu-waktu. Sebab Covid-19 sudah semakin sulit dideteksi keberadaannya yang menyusup di tengah masyarakat.

Tiap individu bisa saja menjadi pembawa virus tanpa mengetahuinya. Kemudian individu tersebut berpeluang menularkan virusnya ke orang terdekat tanpa menyadarinya.

"Ada potensi bahaya karena menandakan jumlah orang yang bawa virus di masyarakat jauh lebih besar dan tidak terdeteksi. Inilah silent spreader (penularan senyap), silent outbreak," ujar Dicky.

Diketahui, ada 63.556 kasus aktif Covid-19 per Ahad (25/10). Jumlah ini lebih rendah daripada angka suspek 168.918 orang. Dengan demikian makin banyak yang suspek tapi tidak dites. Suspek merupakan istilah pengganti untuk pasien dalam pengawasan (PDP).

Selain itu, jumlah spesimen yang diperiksa 33.797 spesimen. Angka ini masih jauh dari suspek dengan angka yang positif dan jumlah spesimen diperiksa sebesar 11 persen.

Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 merilis perkembangan terkini penambahan kasus Covid-19 harian, Ahad (25/10). Dari 33.797 spesimen yang diperiksa, ditemukan 3.732 kasus Covid-19 dan menjadikan total kasus Covid-19 mencapai 389.712.

Sedangkan kasus sembuh tercatat sebanyak 4.545 orang dengan total kasus sembuh sebanyak 313.764. Satgas juga mencatat jumlah kematian kasus Covid-19 sebanyak 94 orang. Total kasus meninggal telah mencapai 13.299 orang. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement