Senin 26 Oct 2020 19:27 WIB

Remaja 14 Tahun Temukan Terapi Potensial Covid-19

Remaja 14 tahun menemukan molekul untuk mengikat protein lonjakan virus corona.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, TEXAS -- Remaja berusia 14 tahun dari Texas AS, Anika Chebrolu, memenangkan 3M Young Scientist Challenge pada pekan lalu. Dia memenangkan hadiah uang 25 ribu dolar AS atau sekitar Rp 375 juta untuk penemuan yang dapat memberikan terapi potensial untuk COVID-19.

Penemuan Chebrolu yang unggul menggunakan metodologi in-silico untuk menemukan molekul timah yang secara selektif dapat mengikat protein lonjakan virus SARS-CoV-2. Protein lonjalan adalah bagian luar virus yang digunakannya untuk menembus dinding sel manusia dan hewan.

Baca Juga

Chebrolu menyerahkan penemuannya saat dia masih duduk di kelas delapan. Awalnya, tujuannya adalah menggunakan metode in-silico untuk mengidentifikasi senyawa timbal yang dapat mengikat protein virus influenza.

"Dari 3 juta senyawa awal, saya dapat mempersempitnya menjadi satu kandidat obat potensial yang berhasil mengikat dan secara selektif menghambat protein Hemagglutinin virus influenza, dan dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai terapi baru untuk pengobatan influenza," kata Anika dalam video kirimannya, dilansir di The Jerusalem Post, Senin (26/10).

Namun, begitu pandemi COVID-19 mulai mendatangkan malapetaka di seluruh dunia, Anika memutuskan untuk mengubah arah. Anika dengan bantuan mentornya mengubah arah untuk menargetkan virus SARS-CoV-2.

Anika mengatakan bahwa tujuan berikutnya adalah bekerja bersama para ilmuwan dan peneliti yang berjuang untuk mengendalikan angka kematian dengan mengembangkan temuannya menjadi obat yang sebenarnya untuk virus tersebut.

"Upaya saya untuk menemukan senyawa timbal untuk mengikat protein lonjakan virus SARS-CoV-2 musim panas ini mungkin tampak seperti setetes air di lautan, tetapi masih menambah semua upaya ini. Bagaimana saya mengembangkan molekul ini lebih jauh dengan bantuan ahli virologi dan spesialis pengembangan obat akan menentukan keberhasilan upaya ini," katanya.

Menurut Juri untuk 3M Young Scientist Challenge, Dr. Cindy Moss, Anika memiliki pikiran yang ingin tahu dan menggunakan keingintahuannya untuk mengajukan pertanyaan tentang vaksin untuk Covid-19.

"Pekerjaannya komprehensif dan memeriksa banyak database. Dia juga mengembangkan pemahaman tentang proses inovasi dan merupakan komunikator yang ahli. Kesediaannya untuk menggunakan waktu dan bakatnya untuk membantu dunia menjadi tempat yang lebih baik memberi kita semua harapan," kata Dr. Moss.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement