REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI - India akan menandatangani perjanjian militer dengan Amerika Serikat (AS) untuk berbagi data satelit sensitif. Kedua belah pihak memulai dialog keamanan tingkat atas yang bertujuan AS dan yang tumbuh di wilayah tersebut.
Pembicaraan formal dengan format 2+2 pada Selasa (27/10) melibatkan diplomat dan pejabat militer. Menteri Pertahanan AS Mark Esper bertemu dengan mitranya dari India Rajnath Singh di India. Keduanya membahas Perjanjian Pertukaran dan Kerja Sama Dasar (BECA) tentang Kerja Sama Geospasial yang siap untuk ditandatangani.
"Kedua menteri menyatakan kepuasannya bahwa kesepakatan BECA akan ditandatangani selama kunjungan tersebut," kata kementerian pertahanan India dalam sebuah pernyataan.
Kesepakatan itu akan memberi India akses ke berbagai data topografi, laut, dan aeronautika yang dianggap penting untuk menargetkan rudal dan drone bersenjata. Kesepakatan juga akan memungkinkan AS untuk memberikan bantuan navigasi dan avionik lanjutan pada pesawat yang dipasok AS ke India.
Perusahaan AS telah menjual senjata kepada India lebih dari 21 miliar dolar AS sejak 2007. Washington telah mendesak pemerintah India untuk menandatangani perjanjian yang memungkinkan untuk berbagi informasi sensitif dan komunikasi terenkripsi untuk penggunaan yang lebih baik dari peralatan militer kelas atas.
"Pembicaraan kami hari ini membuahkan hasil, bertujuan untuk lebih memperdalam kerja sama pertahanan di berbagai bidang," kata Singh. Esper juga menyambut baik partisipasi Australia dalam latihan angkatan laut bulan depan yang melibatkan India, AS, dan Jepang di lepas Teluk Benggala.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo secara terpisah bertemu Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar. Belum ada kabar langsung tentang pertemuan itu.
Setelah India, Pompeo akan melakukan perjalanan ke Sri Lanka dan Maladewa, dua negara di Samudra Hindia. Di sana China telah membiayai dan membangun berbagai infrastruktur yang membuat India dan AS waspada.