Rabu 28 Oct 2020 04:22 WIB

Pemerintah Prediksi Realisasi DMO Hanya 91 Persen

Berdasarkan data Kementerian ESDM Kewajiban DMO pada tahun ini mencapai 155 juta ton.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang,Sumatera Selatan. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto memprediksi realisasi DMO tak akan capai target.
Foto: SYIFA YULINNAS/ANTARA FOTO
Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang,Sumatera Selatan. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto memprediksi realisasi DMO tak akan capai target.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dampak pandemi covid-19 memaksa konsumsi listrik dan juga industri mengalami lesu. Hal ini kemudian berdampak pada serapan batubara dalam negeri.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto memprediksi realisasi Domestic Market Obligation (DMO) tak akan capai target. Dia memproyeksikan capaian DMO hanya berkisar di angka 141 juta ton atau 91 persen dari target tahun ini.

"Kinerja sektor pertambangan sampai Agustus mengalami kontraksi. Tercermin dari permintaan domestik. Target 155 juta ton domestik. Tapi hanya bisa 141 juta ton," kata dia dalam diskusi APBI-ICMA Award 2020 secara virtual, Selasa (27/10).

Berdasarkan data Kementerian ESDM Kewajiban DMO pada tahun ini mencapai 155 juta ton. Rinciannya, DMO untuk PLN sebesar 109 juta ton, pengolahan dan pemurnian atau smelter sebesar 16,52 juta ton, pupuk sebesar 1,73 juta ton, semen sebesar 14,54 ton, tekstil sebesar 6,54 ton, dan kertas sebesar 6,64 ton.

Selain itu, kondisi pandemi juga turut membuat harga komoditas emas hitam mengalami tekanan. Harga Batu Bara Acuan atau HBA awalnya bekisar di level 66,89 dolar AS per ton pada Februari, lalu turun 35,95 persen menjadi 49,2 dolar AS per ton pada September 2020.

Sementara, target investasi di sektor minerba untuk tahun ini ditargetkan mencapai 7,7 miliar dolar AS namun realisasinya baru mencapai 27 persen atau 2,1 miliar dolar AS. Sedangkan untuk ekspor batu bara sendiri per Oktober realisasi baru melebihi 50 persen dari target yang dicanangkan pemerintah.

"Ekspor targetnya 395 juta ton, per oktober baru 58,81 persen atau 232,3 juta ton," katanya.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Ridwan Djamaluddin menilai kondisi pertambangan khususnya batu bara saat ini memang tengah menghadapi tantangan yang cukup berat.

Pandemi virus corona telah menyebabkan permintaan akan komoditas batu bara merosot. Alhasil, pasokan mengalami over supply, dan menyebabkan harga komoditas batu bara melemah.

Hal ini membuat kondisi di sektor ini kian tak pasti. Mengingat tak ada yang mengetahui secara pasti kapan pandemi ini akan berakhir. Meski demikian pemerintah optimistis dapat melewati ini semua.

Pemerintah juga meminta agar para Asosiasi yang berkontribusi besar pada sektor batu bara untuk terus memberikan masukan kepada Pemerintah. Selain itu, juga turut serta mendukung berbagai program pemerintah untuk melanjutkan ketahanan energi nasional melalui ketahanan cadangan batu bara.

Apalagi sektor batu bara masih menjadi alternatif yang penting dalam memainkan perannya untuk memenuhi kebutuhan energi di masa yang akan datang. "Produksi kita bisa capai lebih dari 600 juta ton per tahun. Kita tahu cadangan kita masih cukup untuk jangka waktu yang panjang," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement