REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Selatan meminta Pemerintah Kota Palembang meningkatkan kewaspadaan terjadinya banjir. Karena pada Oktober 2020 mulai musim hujan yang dipengaruhi fenomena La Nina.
"Melihat fakta selalu terjadi banjir atau genangan air yang cukup tinggi di sejumlah kawasan permukiman penduduk dan jalan protokol ketika hujan lebat turun lebih dari dua jam, Pemkot Palembang diminta serius melakukan berbagai tindakan antisipasi banjir agar warga setempat terhindar dari bencana hidrometeorologi itu," kata Direktur Eksekutif Walhi Sumsel M. Hairul Sobri.
Pengaruh La Nina dapat mendorong curah hujan bisa relatif lebih tinggi di daerah itu. Menurut dia, antisipasi yang perlu menjadi perhatian pemkot adalah melakukan pembersihan saluran air dan sungai yang ada di sekitar kawasan permukiman penduduk dan daerah rawan banjir.
Selain itu, menghentikan penyimpangan tata ruang yang menjadi salah satu penyebab banjir pada setiap turun hujan lebat yang cukup lama. Penyimpangan tata ruang yang disebabkan penimbunan rawa secara leluasa untuk kepentingan pembangunan hotel, mal, ruko, perumahan dan pembangunan lainnya harus dihentikan karena jika terus berlangsung bisa menimbulkan bencana ekologi yang lebih parah.
"Kami menilai Pemkot Palembang kurang serius menangani masalah banjir yang biasa terjadi pada setiap musim hujan," ujar dia.
Banjir yang melanda hampir semua kawasan permukiman dan menggenangi beberapa ruas jalan protokol Palembang, setelah turun hujan deras cukup lama, membuktikan program pengendalian banjir yang dilakukan pemkot dengan menghabiskan dana miliaran rupiah tidak berjalan sesuai harapan warga.
Sekarang ini sudah ada enam unit pompa di Sei Bendung dengan kapasitas 36 ribu liter per meter kubik, namun ketika hujan deras yang mengguyur Kota Palembang sekitar dua jam, banjir masih saja terjadi.
Melihat fakta tersebut, katanya, Pemkot Palembang harus melakukan terobosan yang lebih baik dalam pengendalian banjir sehingga pada setiap turun hujan lebat yang cukup lama warga kota tidak ketakutan rumahnya terendam atau tidak bisa beraktivitas karena jalan protokol terendam air hujan.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Palembang Ahmad Bastari Yusak mengakui dengan intensitas hujan yang lama dan deras, beberapa titik di kota ini masih sering banjir. Banjir tersebut diakibatkan masih ada sedimentasi di sungai dan penyempitan saluran air sehingga masih memerlukan normalisasi saluran air dan sungai.
Mengenai pompanisasi pengendali banjir yang dibangun di kawasan Sungai Bendung hingga kini dinilai bekerja cukup efektif untuk mengurangi banjir ketika hujan lebat turun.
Dengan telah dioperasikan pompa Sungai Bendung, ketinggian dan luasan genangan air hujan di sejumlah kawasan berkurang.
Titik banjir di Kota Palembang awalnya ada 66 titik. Kini setelah difungsikannya pompa pengendali banjir Sungai Bendung menurun menjadi 33 titik dengan lama genangan air yang sebelumnya bisa mencapai 12 jam berkurang hanya dua jam.