REPUBLIKA.CO.ID, TEGAL -- Berada di lereng Gunung Slamet pada ketinggian sekitar 800 meter di atas permukaan laut (mdpl), menjadikan Pesantren At-Tholibiyah dan Tarbiyatut Tholibin memiliki suasana belajar yang sejuk dan nyaman. Namun di balik kesejukannya, ada kekerontangan saat musim kemarau melanda.
Setiap musim kemarau, warga lereng Gunung Slamet dan Pesantren At-Tholibiyah yang berada di Bumijawa, Tegal, Jawa Tengah ini akan mengalami kekeringan air bersih. Pasokan air di bak penampungan pesantren berkurang drastis, sehingga tidak mencukupi kebutuhan santri yang jumlahnya mencapai 800 santri dan 300 santri di Pesantren Tarbiyatut Tholibin.
Kondisi yang memprihatinkan ini menggerakkan tim Badan Wakaf Al-Quran (BWA) untuk mencari solusi pengairan saat musim kemarau tiba. BWA sebagai filantropi Islam dengan semangat ‘Inovasi Wakaf’ berinisiatif memberikan solusi dengan wakaf, yaitu mengajak para wakif untuk berwakaf mewujudkan sarana air bersih untuk Pesantren At-Tholibiyah dan Pesantren Tarbiyatut Tholibin.
Chief Operation Officer BWA Ustadz Ichsan Salam menjelaskan, berkat dukungan ribuan wakif, pekerja, dan jamaah sehingga tim engineering BWA berhasil menyelesaikan pekerjaan pengadaan sarana air bersih ini dengan melakukan pipanisasi sepanjang 8,5 km dari sumber mata air ke pesantren dan penduduk sekitar. “Kami juga menyediakan bak penampung dengan kapasitas 25 ribu liter yang berfungsi sebagai bak pembagi air ke pesantren dan ke pemukiman warga,” ungkapnya saat peresmian Wakaf Sarana Air Bersih, Sabtu (31/10). Acara itu dihadiri sekitar 6.000 jamaah dan santri.
Sebelumnya, pada 27 Maret 2019, Tim BWA melakukan tes geolistrik di sekitar Pesantren At-Tholibiyah dibantu tim geolistrik dari CV Budi Semarang. “Alhamdulillah setelah hampir seharian melakukan tes geolistrik didapatkan titik yang potensial dilakukan pengeboran. Ada lapisan akuifer di kedalaman 65 meter hingga 120 meter yang potensial untuk dilakukan pengeboran,” paparnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Namun rencana pengeboran sedalam ratusan meter diubah mengingat biaya listrik bulanan akan sangat mahal untuk menarik air ke atas. Sehingga, BWA mencarikan solusi lain dengan membuat pipa penyaluran air dari sumber mata air sepanjang 8,5 km.Ustadz Ichsan mengatakan, proyek akhirat pembuatan pipanisasi ini tidaklah mudah, karena medan yang dilalui cukup sulit.
Namun demikian, tim BWA tidak pernah putus asa, hingga akhirnya tim menemukan titik sumber air dan menyalurkannya melalui pipa sepanjang 8,5 km. “Jika para wakif melihat proses dan jalur pipanisasi, insya Allah akan takjub melihat medan yang sulit, curam, namum para relawan dan pekerja begitu semangat untuk segera menyelesaikan pekerjaan ini,” kisahnya.
Ustadz Ichsan merasa bersyukur dan berterima kasih kepada para wakif yang telah menyalurkan hartanya untuk proyek pipinisasi ini. “Alhamdulillah BWA sudah diberikan kepercayaan oleh pada wakif untuk menyalurkan amanah Wakaf Sarana Air Bersih ini kepada Pesantren At-Tholibiyah dan Pesantren Tarbiyatut Tholibin, serta warga sekitarnya. Sehingga dapat tercukupi kebutuhan air bersih mereka. Insya Allah ini akan menjadi pahala jariyah bagi para wakif dan semua yang terlibat dalam proyek wakaf ini,” tuturnya.
Sementara itu Pimpinan Pesantren At-Tholibiyah, Habib Muhsin ibn Tholib Al Atthos menyatakan terima kasih kepada semua wakif dan BWA juga para pihak yang banyak membantu mewujudkan Wakaf Sarana Air Bersih ini. “Insya Allah adanya wakaf ini menjadi momentum baru bagi kehidupan pesantren dan warga sekitar untuk menjadi lebih baik lagi,” ungkapnya.