REPUBLIKA.CO.ID, TEGAL -- Berada di lereng Gunung Slamet pada ketinggian sekitar 800 meter di atas permukaan laut (mdpl), menjadikan Pesantren At-Tholibiyah dan Tarbiyatut Tholibin memiliki suasana belajar yang sejuk dan nyaman. Namun di balik kesejukannya, ada kekerontangan saat musim kemarau melanda.
Setiap musim kemarau, warga lereng Gunung Slamet dan Pesantren At-Tholibiyah yang berada di Bumijawa, Tegal, Jawa Tengah ini akan mengalami kekeringan air bersih. Pasokan air di bak penampungan pesantren berkurang drastis, sehingga tidak mencukupi kebutuhan santri yang jumlahnya mencapai 800 santri dan 300 santri di Pesantren Tarbiyatut Tholibin.
Kondisi yang memprihatinkan ini menggerakkan tim Badan Wakaf Al-Quran (BWA) untuk mencari solusi pengairan saat musim kemarau tiba. BWA sebagai filantropi Islam dengan semangat ‘Inovasi Wakaf’ berinisiatif memberikan solusi dengan wakaf, yaitu mengajak para wakif untuk berwakaf mewujudkan sarana air bersih untuk Pesantren At-Tholibiyah dan Pesantren Tarbiyatut Tholibin.
Chief Operation Officer BWA Ustadz Ichsan Salam menjelaskan, berkat dukungan ribuan wakif, pekerja, dan jamaah sehingga tim engineering BWA berhasil menyelesaikan pekerjaan pengadaan sarana air bersih ini dengan melakukan pipanisasi sepanjang 8,5 km dari sumber mata air ke pesantren dan penduduk sekitar. “Kami juga menyediakan bak penampung dengan kapasitas 25 ribu liter yang berfungsi sebagai bak pembagi air ke pesantren dan ke pemukiman warga,” ungkapnya saat peresmian Wakaf Sarana Air Bersih, Sabtu (31/10). Acara itu dihadiri sekitar 6.000 jamaah dan santri.