Senin 02 Nov 2020 15:35 WIB

Wisatawan ke Jabar yang Reaktif Capai 408 Orang

Sebanyak 408 wisatawan yang tesnya reaktif langsung dites usap.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah pengunjung berfoto dengan latar belakang Istana Kepresidenan di kawasan Kebun Raya Bogor, Jabar, Ahad (1/11). Sebanyak 408 wisatawan yang berkunjung ke Jabar reaktir hasil tes cepatnya.
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Sejumlah pengunjung berfoto dengan latar belakang Istana Kepresidenan di kawasan Kebun Raya Bogor, Jabar, Ahad (1/11). Sebanyak 408 wisatawan yang berkunjung ke Jabar reaktir hasil tes cepatnya.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemprov Jabar terus melakukan penelusuran dengan menggelar tes cepat Covid-19 di obyek wisata di Jabar. Menurut Gubernur Jabar, Ridwan Kamil, selama libur pajang cuti bersama, Pemprov Jabar melakukan pengawalan di titik lalu lintas padat baik jalan tol maupun non tol.

"Destinasi ada 15 kab/kota yang dites swab dan rapid. Totalnya, hampir 14 ribu orang dari jumlah itu yang reaktif 408 wisatawan. Mereka, langsung diswab, karena mengantre dengan yang normal sekarang belum ada hasilnya," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan, saat Konferensi Pers, Senin (2/11).

Baca Juga

Asumsi terburuk, kata Emil, sebanyak 408 itu yang positif Covid 19. "Tapi dari pengalaman tidak 100 persen yang positif," katanya.

Menurutnya, peta zona risiko dan zona merah tetap ada satu yakni komite penanggulangan data yang ada di Kota Bekasi. Emil menjelaskan, ia memberikan rapor kepada lima kabupaten/kota yang penanganannya baik. Yakni, ada testing, tracing, governance, peraturan dan lain-lain. Hasilnya adalah tim yang bekerjanya baik, kapasitas testing, tracing, tratment, kapasitas rumah sakit, pencegahan, tata kelola, hasil dan lain-lain.

"Skor tertinggi ada di Kota Bekasi juga, Kota Bogor, Kota Cimahi, Kota Bandung, Kota Cirebon. Saya berharap, mohon maaf ada sekitar 7 kota/kab yang kinerjanya di bawah rata-rata dalam penanganan," katanya.

Emil juga menyinggung vaksin. Ia menerangkan, vaksin ada dua macam. Yakni, yang diimpor dan dibuat dalam negeri. Vaksin dalam negeri, masih menunggu Desember baru diumumkan berhasil atau tidak.

"Yang impor juga maju mundur tadinya November ternyata belum jelas juga. Kami sedang menghitung kapasitas jatahnya. Karena kalau jumlah cold room, rata-rata satu puskesmas satu dengan situasi tidak darurat," paparnya.

Emil menunggu keputusan pemerintah pusat berapa jatah untuk Bodebek. "Maka pemerintah pusat sekarang sedang menghitung perbantuan pembelian kulkas untuk vaksin. Kan belum tahu jumlah jutanya belum diputuskan," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement