Selasa 03 Nov 2020 15:54 WIB

Ilmuwan WHO: Dunia dalam Momentum Kritis Pandemi Covid-19

Kasus corona terus menanjak di seluruh dunia.

Red: Dwi Murdaningsih
virus corona (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
virus corona (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Soumya Swaminathan, kepala ilmuwan WHO menyebutkan, kasus infeksi corona terus melonjak di seluruh dunia. Pemerintahan harus siap menghadapi gelombang kedua.

“Insiden kasus baru Covid-19 terus menunjukkan akselerasi, sementara kasus kematian tetap pada posisi stabil," kata Soumya Swaminathan, dalam sebuah wawancara dengan DW.

Baca Juga

Akhir bulan Oktober dilaporkan lebih dari 43 juta kasus infeksi Sars-Cov-2 dengan lebih dari 1,16 juta kasus kematian. Lebih dari 40.000 kasus kematian terbaru dilaporkan pada pekan lalu.

“Dunia berada pada titik waktu kritis pandemi Covid-19. Terutama di belahan utara Bumi. Beberapa minggu kedepan, akan sangat berat dan sejumlah negara berada dalam jalur berbahaya.

Dia mengatakan terlalu banyak negara menunjukkan peningkatan kasusnya secara eksponensial. Ini menyebabkan rumah-rumah sakit dan bangsal ICU kewalahan karena kapasitas perawatan tidak lagi mencukupi.

“Kami mengimbau para pimpinan negara untuk mengambil tindakan cepat, untuk mencegah kematian lebih lanjut yang sebetulnya tak perlu terjadi. Untuk mencegah agar pelayanan kesehatan esensial tidak ambruk dan untuk mencegah penutupan sekolah sekali lagi. Ini bukan latihan,“ tegas pakar kesehatan dari India itu.

Apakah gelombang kedua lebih gawat?

Tidak ada negara yang terlewat oleh pandemi. Gelombang kedua bukan hanya mungkin tapi sangat mungkin melanda kawasan manapun di dunia. Negara yang sudah dihantam keras gelombang pertama, bisa saja dihantam pandemi untuk kedua kalinya.

Negara yang melakukan hal terbaik pada gelombang kedua, adalah yang menarik pelajaran dari gelombang pertama. Negara-negara ini mengambil tindakan untuk mengurangi transmisi. Tetap siaga dan waspada, untuk dengan cepat mengidentifikasi dan mengisolasi kasusnya.

Melakukan pelacakan kontak, melakukan karantina dan memberikan dukungan selama masa karantina, baik kepada masyarakat maupun sistem kesehatannya. “Kita harus memutus rantai transmisi. Ini bukan saat yang tepat melonggarkan perlindungan,“ujar petinggi WHO itu.

Apakah vaksin akan segera tersedia?

Soumya Swaminathan mengatakan, ada alasan untuk optimistis. Saat ini ada lebih 200 kandidat vaksin sedang dalam tahap pengembangan. Sebanyak 44 diantaranya berada dalam fase pengembangan klinis dan 10 kandidat vaksin sudah memasuki ujicoba fase ketiga atau fase final.

Banyaknya kandidat vaksin, dikombinasikan dengan beragam jenis platform dan teknologinya, meningkatkan peluang untuk menemukan vaksin yang aman dan efektif. “Namun sejauh ini, kita belum megetahui, vaksin mana yang ampuh, aman dan efektif,“ ujar dia.

Menurut dia, vaksin yang efektif, diagnosa dan pengobatan adalah hal vital untuk mengakhiri pandemi dan mempercepat pemulihan global. Namun, dia mengingatkan sarana penyelamat nyawa itu hanya akan bekerja, jika diberikan kepada kelompok yang paling rentan secara adil dan simultan di semua negara.

“Covid-19 tidak bisa ditaklukkan oleh satu negara pada satu waktu. Jadi kita semua harus menjamin distribusi yang adil dan akses bagi semua negara, tanpa melihat kemampuan daya belinya,“ ujar Soumya.

COVAX yang merupakan fasilitas vaksin global, adalah mekanisme yang mengatur akses yang adil dan merata ke semua negara terhadap vaksin Covid-19. Dengan 184 negara dan kawasan, sebagian besar dunia berpartisipasi dalam upaya global yang belum pernah terjadi sebelumnya.

sumber: https://www.dw.com/id/pandemi-covid-19-masuki-momentum-kritis/a-55476097

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement