REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum meminta para pengurus pondok pesantren menjalankan protokol kesehatan ketat untuk mencegah penyebaran jika ada santrinya yang positif Covid-19.
Menurut Uu, di Pendopo Cianjur di Jawa Barat muncul beberapa klaster pondok pesantren, termasuk di Kabupaten Cianjur. Sebanyak 35 santri di salah satu pondok pesantren yang positif Covid-19.
"Daerah yang ditemukan klaster di lingkungan ponpes diantaranya Kuningan, Tasikmalaya dan informasinya juga Cianjur. Meskipun di Cianjur tidak banyak seperti daerah lain, tapi tetap harus dilakukan antisipasi," kata dia, Rabu (4/11).
Menurutnya, penerapan protokol kesehatan harus lebih dimaksimalkan di lingkungan pesantren. Sebab akan mengurangi risiko penyebaran Covid-19.
"Memang beberapa pengelola ponpes mengadu jika sulit menetapkan jaga jarak, apalagi jika di warung dan jam makan. Tapi bagaimanapun harus dijalankan, mulai dari penggunaan masker, jaga jarak, dan menggunakan hand sanitizer," kata dia.
Selain itu, ponpes juga bisa mengajukan rapid test sebagai langkah deteksi dini. Dengan begitu, santri atau tenaga pengajar yang terpapar bisa cepat diketahui dan tidak menyebarkan pada santri lainnya.
"Kalau misalnya tidak bisa melakukan tes sendiri, silakan ajukan ke pemerintah. Biar difasilitasi. Berapa pun akan difasilitasi sebagai langkah pencegahan dan deteksi dini ini," kata dia.
Namun, Uu menegaskan, pondok pesantren lebih terbuka jika dari hasil rapid atau swab test ada yang positif. Karena jika ditutup-tutupi, maka risiko penyebaran akan lebih besar.
"Tolong jangan ditutupi kalau memang ada yang positif. Dikhawatirkan nanti menularkan ke teman, lingkungan pondok, hingga lingkungan di luar pondok. Terbuka sana, supaya langkah pencegahan bisa dilakukan dan penularannya bisa diminimalisir," ujarnya.
Sebelumnya, sebanyak 37 santri di dua pondok pesantren di Kabupaten Cianjur terkonfirmasi positif Covid-19. Klaster pondok pesantren ini pun menjadi klaster pertama di Cianjur.