REPUBLIKA.CO.ID, MIMIKA -- Jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Provinsi Papua mengakui hingga kini masih banyak warga di wilayah itu yang kurang percaya dengan adanya wabah pandemi global Covid-19 yang sudah merenggut nyawa ratusan ribu bahkan jutaan orang di seluruh dunia.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2M) pada Dinkes Mimika, Obet Tekege di Timika, Rabu (4/11), mengatakan mayoritas warga asli Papua di Mimika sama sekali tidak percaya adanya Covid-19. Hal itu menjadi salah satu hambatan terbesar bagi para petugas kesehatan untuk melakukan penelusuran kontak erat pasien terkonfirmasi positif terutama di kalangan anggota keluarga dan kerabat mereka.
"Sampai saat ini masyarakat asli Papua tidak percaya akan adanya virus corona, mereka menganggap virus itu dibawa dari luar. Ini tentu menjadi hambatan karena secara data sebagian orang asli Papua di Mimika kini terpapar virus corona," kata Obet.
Obet yang dipercayakan sebagai Ketua Tim Tracking Kontak Covid-19 Kabupaten Mimika mengatakan ketidakpercayaan warga terhadap adanya pandemi Covid-19 justru memunculkan stigma bagi para pasien dan keluarganya. Tidak itu saja, petugas penyelidikan epidemiologi Dinkes Mimika yang sehari-hari harus melakukan penelusuran kontak dari para pasien terkonfirmasi positif dalam upaya memutus mata rantai penularan kasus itu, juga selalu diperhadapkan dengan sikap yang tidak simpatik dari warga.
"Kami dicaci maki habis-habisan oleh warga, bahkan rekan-rekan kami dilempari batu. Mereka menuding saya seolah-olah Tuhan karena menentukan apakah seseorang terpapar Covid-19 atau tidak. Masyarakat mengancam mendatangi dan akan merusak rumah saya," cerita Obet.
Ia menyatakan warga yang tidak percaya dengan wabah Covid-19, tidak saja yang bermukim di pinggiran Kota Timika seperti Kwamki Lama, SP13, SP7 dan lainnya, tetapi juga warga yang ada di Kota Timika.
"Apalagi yang tinggal di rumah-rumah kost, itu paling susah untuk ditemui oleh petugas kami karena mereka takut akan adanya stigma dari tetangga yang lain," tuturnya.
Dengan kondisi seperti itu, pasien positif Covid-19 yang diminta melakukan isolasi mandiri akhirnya tidak jujur kepada tim penyelidikan epidemiologi Dinkes Mimika dengan memberikan keterangan alamat rumah yang tidak jelas.
"Mereka melaporkan alamat yang salah, ketika kami datang ke alamat yang diberikan itu, tidak ada warga di sekitar itu yang mengenal yang bersangkutan. Ada juga yang memberikan alamat jelas, namun saat didatangi petugas yang bersangkutan tidak ada di rumahnya," kata Obet.
Ia berharap warga harus berani menghilangkan sikap acuh tak acuh terhadap pandemi Covid-19 dan tidak melakukan stigma kepada pasien terpapar Covid-19 dan keluarga mereka agar wabah itu bisa segera diputus mata rantainya. Mimika merupakan daerah dengan jumlah kasus Covid-19 tertinggi kedua di Provinsi Papua setelah Kota Jayapura dengan jumlah warga terpapar sebanyak lebih dari 2.500 orang dan sekitar 2.100 di antaranya sudah dinyatakan sembuh.
Hingga kini warga yang dilaporkan meninggal dunia akibat Covid-19 di Mimika berjumlah 25 orang.