Jumat 06 Nov 2020 03:10 WIB

Mengapa Pasien Covid-19 Alami Gejala Berkepanjangan?

Sejumlah orang terus terusik gejala Covid-19 meski telah dinyatakan sembuh.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi Covid-19. Penyintas Covid-19 ada yang masih merasakan gejala meskipun mereka telah sembuh.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19. Penyintas Covid-19 ada yang masih merasakan gejala meskipun mereka telah sembuh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak pandemi Covid-19, ada peningkatan jumlah laporan tentang beberapa pasien yang menderita penyakit akibat infeksi SARS-CoV-2 itu dalam jangka panjang. Mereka menderita gejala penyakit selama berbulan-bulan, bahkan setelah pulih dari infeksi awal.

Sebuah studi baru dilakukan untuk mengamati paru korban Covid-19. Para peneliti mengidentifikasi adanya kerusakan terus-menerus dan ekstensif pada paru pasien meninggal, demikian dilaporkan Reuters.

Baca Juga

Para peneliti tak hanya melihat sampel jaringan dari paru, tetapi juga jantung, hati, dan ginjal dari 41 pasien yang meninggal akibat Covid-19 di University Hospital of Trieste di Italia antara Februari hingga April pada tahun ini. Seorang profesor di King's College London yang ikut memimpin penelitian, Mauro Giacca, mengatakan bahwa jantung, hati, dan ginjal pada pasien yang meninggal tidak memiliki tanda-tanda infeksi virus atau peradangan berkepanjangan.

"Namun di paru-paru, para peneliti menemukan arsitektur paru-paru rusak sangat parah. Setiap jaringan paru-paru yang sehat, hampir seluruhnya tergantikan oleh jaringan parut,” kata Giacca dilansir Fox News, Kamis (5/11).

Temuan itu sekaligus menjelaskan tentang pertanyaan mengenai mengapa ada kasus pasien Covid-19 yang tak kunjung sembuh? Rupanya, itu terjadi karena ada kerusakan parah pada jaringan paru.

"Bahkan, jika seseorang sembuh dari Covid-19, kerusakan yang ditimbulkan bisa sangat luas," ujar dia.

Selain itu, Giacca mengatakan, banyak jenis sel pada pasien yang meninggal masih terinfeksi SARS-CoV-2. Keberadaan sel yang terinfeksi itu dapat menyebabkan perubahan struktural utama di paru yang dapat berlangsung selama beberapa pekan atau bulan dan akhirnya dapat menjelaskan long Covid-19. Istilah itu mewakili orang yang lama terusik Covid-19.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Lancet eBioMedicine itu menindaklanjuti studi yang mengeklaim dapat mengidentifikasi faktor risiko yang membuat pasien lebih mungkin menderita Covid-19 dalam jangka panjang. Para peneliti menemukan bahwa di antara pasien yang lama menderita Covid-19, gejala yang paling sering muncul adalah kelelahan, sakit kepala, dispnea (sesak napas), dan anosmia (kehilangan kemampuan mengenali bebauan).

Kondisi itu lebih mungkin terjadi pada pasien berusia lanjut, orang yang memiliki indeks massa tubuh lebih tinggi, dan pasien perempuan. Selain itu, studi tersebut juga menemukan bahwa pasien yang mengalami lebih dari lima gejala selama pekan pertama diagnosis dikaitkan dengan Covid-19 yang berkepanjangan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement