Pekerja memproduksi serbuk kelapa atau cocopeat di Desa Citakarya, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Rabu (11/11/2020). Produk cocopeat untuk bahan baku media tanam yang diolah Koperasi Produsen Mitra Kelapa (KPMK) Pangandaran hanya mampu memenuhi permintaan ekspor ke China dan Jepang sebesar lima persen dari kebutuhan pasar ekspor sebesar 4.400 ton per bulan, dengan omzet mencapai Rp8 miliar per tahun. (FOTO : ANTARA/Adeng Bustomi)
Pekerja menata serbuk kelapa atau cocopeat yang sudah dikemas di Desa Citakarya, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Rabu (11/11/2020). Produk cocopeat untuk bahan baku media tanam yang diolah Koperasi Produsen Mitra Kelapa (KPMK) Pangandaran hanya mampu memenuhi permintaan ekspor ke China dan Jepang sebesar lima persen dari kebutuhan pasar ekspor sebesar 4.400 ton per bulan, dengan omzet mencapai Rp8 miliar per tahun. (FOTO : ANTARA/Adeng Bustomi)
Pekerja menjemur serbuk kelapa atau cocopeat di Desa Citakarya, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Rabu (11/11/2020). Produk cocopeat untuk bahan baku media tanam yang diolah Koperasi Produsen Mitra Kelapa (KPMK) Pangandaran hanya mampu memenuhi permintaan ekspor ke China dan Jepang sebesar lima persen dari kebutuhan pasar ekspor sebesar 4.400 ton per bulan, dengan omzet mencapai Rp8 miliar per tahun. (FOTO : ANTARA/Adeng Bustomi)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, PANGANDARAN -- Indonesia memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Seiring dengan itu lahan untuk tumbuhnya pohon kelapa pun tentu berlimpah. Namun hal ini tidak berarti produksi pohon seribu manfaat ini berlimpah.
Produsen serbuk sabut kelapa cocopeat untuk bahan baku media tanam yang diolah Koperasi Produsen Mitra Kelapa (KPMK) Desa Citakarya Pangandaran tidak bisa memenuhi permintaan ekspor ke China.
Permintaan ekspor ke China dan Jepang hanya bisa dipenuhi sebesar lima persen dari kebutuhan pasar ekspor sebesar 4.400 ton per bulan. Dengan total omzet mencapai Rp8 miliar per tahun.
sumber : Antara Foto
Advertisement