Senin 16 Nov 2020 12:30 WIB

Suhu di Bekasi Menyengat, Ternyata Ini Penyebabnya

Suhu di wilayah Bekasi hingga 20 November diprediksi mencapai 35 derajat Celcius.

Rep: Uji Sukma Medianti/ Red: Erik Purnama Putra
Seorang warga menggunakan payung saat cuaca terik di jalur pedestrian Jalan Juanda, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (22/10/2019).
Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
Seorang warga menggunakan payung saat cuaca terik di jalur pedestrian Jalan Juanda, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (22/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Dalam beberapa hari terakhir, suhu udara di wilayah Bekasi, Jawa Barat, cukup menyengat. Padahal, seharusnya setiap memasuki November sudah musim hujan.

Prakirawan Cuaca Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), Nanda Alfuadi, menyebutkan, cuaca panas diperkirakan berlangsung hingga 20 November mendatang. Bahkan, suhunya dapat mencapai 35 derajat Celcius di siang hari. “Kemungkinan sebelum tanggal 20 kondisinya masih relatif sama,” kata Nanda saat dihubungi Republika, Senin (16/11).

Dia menuturkan, kondisi siang hari yang cukup terik di wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara dalam beberapa hari terakhir ini, terjadi karena banyak pusaran angin skala besar di utara Indonesia, bahkan beberapa sempat berevolusi menjadi badai tropis.

“Kondisi ini menyebabkan massa udara lembab di Indonesia bergerak menuju atau tertarik oleh pusaran angin skala besar tersebut sehingga menurunkan potensi pembentukan awan di Indonesia,” ujar Nanda.

Selain itu, pada November, kedudukan semu gerak matahari adalah tepat di atas Pulau Jawa dalam perjalannya menuju posisi 23 lintang selatan setelah meninggalkan ekuator.

Nanda menyebut, posisi semu matahari di atas Pulau Jawa terjadi dua kali, yaitu di bulan November dan April, sehingga puncak suhu maksimum mulai dari Jawa hingga NTT terjadi di seputar bulan-bulan tersebut.

Serangkaian kondisi inilah yang menyebabkan tutupan awan di Indonesia bagian selatan pada siang hari menjadi cukup minim. “Tutupan awan yang minim ini menyebabkan radiasi matahari cukup optimal mencapai permukaan bumi yang pada akhirnya akan meningkatkan suhu di atmosfer dekat permukaan bumi,” terang Nanda.

Dia menyampaikan, perkiraan  pada 22 atau 23 November mendatang mulai muncul banyak tutupan awan sehingga suhu siang hari diprakirakan tidak akan seterik saat ini. “Tanggal 22 atau 23 mulai muncul banyak tutupan awan sehingga suhu siang hari diprakirakan tidak akan seterik sekarang,” terang Nanda.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement