Senin 16 Nov 2020 16:20 WIB

Tafsir Surat Ad-Dhuha Ayat 6

Tafsir Surat Ad-Dhuha Ayat 6.

Tafsir Surat Ad-Dhuha Ayat 6. Foto ilustrasi: Petugas memperlihatkan Alquran dari DKI Jakarta di Perpustakaan Jakarta Islamic Center, Jakarta, Kamis (15/11). Perpustakaan Jakarta Islamic Center memiliki beragam koleksi Alquran dan tafsirnya yang berasal dari beberapa negara islam hingga dalam negeri untuk mencari referensi keilmuan peradaban Islam.
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Tafsir Surat Ad-Dhuha Ayat 6. Foto ilustrasi: Petugas memperlihatkan Alquran dari DKI Jakarta di Perpustakaan Jakarta Islamic Center, Jakarta, Kamis (15/11). Perpustakaan Jakarta Islamic Center memiliki beragam koleksi Alquran dan tafsirnya yang berasal dari beberapa negara islam hingga dalam negeri untuk mencari referensi keilmuan peradaban Islam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --

اَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيْمًا فَاٰوٰىۖ - ٦

Baca Juga

Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu),

Tafsir Ringkas Kemenag

Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim ketika kedua orang tuamu wafat, lalu Dia melindungimu dalam asuhan kakek dan pamanmu? Ayah Nabi wafat ketika beliau dalam kandungan dan ibunya wafat ketika beliau berumur 6 tahun. Allah melindungi Nabi dalam asuhan kakeknya, ‘Abdul Muttalib, sampai usia 8 tahun, dilanjutkan oleh pamannya, Abù Tàlib, hingga sang paman wafat.

Tafsir Kemenag

Dalam ayat ini, Allah mengingatkan nikmat yang pernah diterima Nabi Muhammad dengan mengatakan, "Bukankah engkau hai Muhammad seorang anak yatim, tidak mempunyai ayah yang bertanggung jawab atas pendidikanmu, menanggulangi kepentingan serta membimbingmu, tetapi Aku telah menjaga, melindungi, dan membimbingmu serta menjauhkanmu dari dosa-dosa perilaku orang-orang Jahiliah dan keburukan mereka, sehingga engkau memperoleh julukan Manusia sempurna."

Nabi saw hidup dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal dunia sedangkan ia masih dalam kandungan ibunya. Ketika lahir, Allah memelihara Muhammad saw dengan cara menjadikan kakeknya, Abdul Muththalib, mengasihi dan menyayanginya. Nabi Muhammad berada dalam asuhan dan bimbingannya sampai Abdul Muththalib wafat, sedang umur Nabi ketika itu delapan tahun.

Dengan meninggalnya Abdul Muththalib, Nabi Muhammad menjadi tanggungan paman beliau, Abu thalib, berdasarkan wasiat dari Abdul Muththalib. Abu thalib telah mengerahkan semua perhatiannya untuk mengasuh Nabi saw, sehingga beliau meningkat dewasa dan diangkat menjadi rasul. Setelah Muhammad diangkat menjadi rasul, orang-orang Quraisy memusuhi dan menyakitinya, tetapi Abu thalib terus membelanya dari semua ancaman orang musyrik hingga Abu thalib wafat.

Dengan wafatnya Abu thalib, bangsa Quraisy mendapat peluang untuk menyakiti Nabi dengan perantaraan orang-orang jahat di kalangan mereka yang menyebabkan beliau terpaksa hijrah. Betapa hebatnya penggemblengan Allah dan asuhan-Nya terhadap Nabi Muhammad. Biasanya keyatiman seorang anak menjadi sebab kehancuran akhlaknya karena tidak ada pengasuh dan pembimbing yang bertanggung jawab.

Apalagi suasana dan sikap penduduk Mekah lebih dari cukup untuk menyesatkan Nabi saw. akan tetapi, perlindungan Allah yang sangat rapi dapat mencegah beliau menemani mereka. Dengan demikian, jadilah beliau seorang pemuda yang sangat jujur, terpercaya, tidak pernah berdusta, dan tidak pernah berlumur dengan dosa orang-orang Jahiliah.

Sumber:

https://quran.kemenag.go.id/sura/93

sumber : Quran Kemenag / Kemenag.go.id
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement