REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang yang tertular virus corona baru kemungkinan besar sangat menular selama sembilan hari setelah timbulnya gejala. Hasil studi ini memperkuat kebutuhan untuk isolasi diri setidaknya selama 10 hari.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal medis Lancet pada hari Kamis (18/11), menganalisis pasien yang dirawat di rumah sakit yang dites positif terkena penyakit covid-19. Penelitian menemukan bahwa virus hidup, yang menyebabkan infeksi, tidak terdeteksi sembilan hari setelah gejala dimulai.
"Temuan kami sejalan dengan studi pelacakan kontak yang menunjukkan bahwa sebagian besar peristiwa penularan virus terjadi sangat awal, dan terutama dalam lima hari pertama setelah timbulnya gejala, yang menunjukkan pentingnya isolasi diri segera setelah gejala dimulai," ujar penulis utama Muge Cevik , dari Universitas St Andrews, dilansir di Global News, Jumat (20/11).
Pada pasien dengan gejala yang tidak parah, masa penularannya dapat dihitung 10 hari sejak timbulnya gejala. Sebagian besar negara, sesuai pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), merekomendasikan 10 hari isolasi mandiri untuk pasien COVID-19.
Badan Kesehatan Masyarakat Kanada merekomendasikan setidaknya 10 atau hingga 14 hari isolasi rumah untuk kasus simptomatik dan asimtomatik.
Waktu antara infeksi dan timbulnya gejala dapat berkisar dari satu hingga 14 hari. Itulah sebabnya periode karantina dua minggu diberlakukan di sebagian besar negara setelah bepergian atau jika Anda telah melakukan kontak dengan kasus yang dikonfirmasi. Kebanyakan orang yang terinfeksi menunjukkan gejala dalam lima hingga enam hari.
Dr. Barry Pakes, seorang dokter kesehatan masyarakat dan profesor di Universitas Toronto, mengatakan meta-analisis terbaru ini, yang mengamati berbagai penelitian, tidak mengungkapkan informasi baru, tetapi membantu memahami pembuatan kebijakan kita dengan lebih baik.
"Panduan kami sekarang adalah bahwa siapa pun yang telah terinfeksi dapat keluar dari isolasi diri yang aman setelah 10 hari, yang sangat sejalan dengan temuan," kata Dr. Pakes.
Menurut Dr Pakes, penelitian ini memberi kesan bahwa orang tanpa gejala dan gejala tidak memiliki viral load yang berbeda secara signifikan dan kemampuan untuk menginfeksi yang berbeda secara signifikan.
Hal ini kemungkinan karena penelitian ini dilakukan pada sebagian besar pasien rawat inap, kata Dr Pakes, jadi itu tidak terlalu membantu untuk membuat kebijakan.
"Tapi semua yang ada dalam studi ini kurang lebih selaras dengan apa yang sudah kita lakukan, dan itu hal yang baik," tambahnya.