REPUBLIKA.CO.ID, MADIUN -- Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Hasan Aminuddin dan Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi melakukan kunjungan kerja sekaligus pertemuan dengan petani porang di Kabupaten Madiun, Jumat (20/11). Kegiatan diawali dengan mengunjungi pabrik pengolahan porang di PT Asia Prima Konjac di Desa Suwu Kecamatan Balarejo, Kabupaten Madiun.
Hasan Aminuddin mengatakan kehadiran di Madiun dalam rangka mengecek langsung dan pengawasan kegiatan pengembangan porang di lapangan dengan anggaran yang sudah digelontorkan senilai Rp 36 miliar. Di Kabupaten Madiun sendiri mempunyai potensi budidaya porang yang cukup bagus dan perlu variasi komoditas selain padi dan jagung.
“Ada potensi luar biasa dengan porang ini. Sebelumnya saya pun awam dengan tanaman ini. Ekspor komoditas porang luar biasa melejit, kita terus support pengembangan budidaya,“ kata Hasan.
Di tempat sama Direktur Jenderal Tanaman Pangan mengatakan Kementan tengah fokus mengembangkan tanaman porang karena memiliki pasar ekspor yang sangat menjanjikan. Fokus pengembangam komoditas yang diminati pasar ekspor ini sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi nasional.
“Manfaat porang ini untuk chips kering, pati untuk mie, pasta, roti, kue, juga pakan dan organik. Porang mengandung glukomannan untuk pangan fungsional untuk anti obesitas, anfi diabetes, anti kolesterol, farmasi dan kemasan biodegradable, ediblecoating, ediblefilm, media tanam, pupuk organik, jelly. Juga untuk industri kosmetik, pembalut, polimer. Porang diekspor ke China, Vietnam, Thailand, Laos, Taiwan, Jepang, Australia, Singapura, dan lainnya“ ujar Suwandi.
Lebih lanjut Suwandi mengatakan Kementan menggelontorkan anggaran pengembangan porang untuk Madiun cukup besar. Namun demikian, ia meminta petani agar setelah dapat alokasi anggaran, dilanjutkan dengan memanfaatkan fasiliras dana kredit usaha rakyat (KUR).
"Kami (Kementan) akan bergerak ke lokasi lain. Luasan lahan di Kabupaten Madiun adalah 25 persen dari nasional dan menjadi lokasi yg terbesar di Indonesia. Porang ini sudah di ekspor ke 16 negara, pada 2020 sebanyak 19.800 ton senilai Rp 880 miliar," ungkapnya.
Tanaman Porang (Amorphophallus Muelleri Blume) memiliki nilai strategis untuk dikembangkan karena punya peluang yang cukup besar untuk diekspor. Pangsa pasar produk olahan porang dalam bentuk chips, tepung, glukomannan dan olahan porang siap saji sangat tinggi. Berdasarkan informasi dari Badan Karantina Pertanian volume ekspor porang terbesar adalah ke China dengan total ekspor tahun 2020 (sampai dengan 12 Oktober 2020) adalah sebesar 8.675 ton.
Porang merupakan tanaman yang toleran dengan naungan 40 persen hingga 60 persen. Porang dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja di ketinggian 100 sampai 600 mdpl. Bahkan, sifat tanaman memungkinkan dibudidayakan di lahan hutan di bawah naungan tegakan tanaman lain.
Harris, pelaku usaha industri porang mengatakan panen di Madiun bisa 15 ton per hektar dan harganya Rp 10 ribu hingga 14 ribu per kilogram (kg). Porang satu kg diolah dalam bentuk chips kering menjadi 15 persennya dijual dengan harga bagus yakni Rp 80 ribu per kg.
"Umbi porang banyak mengandung glukomannan berbentuk tepung. Glucomannan merupakan serat alami yang larut dalam air biasa digunakan sebagai aditif makanan sebagai emulsifier dan pengental, bahkan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan lem ramah lingkungan dan pembuatan komponen pesawat terbang," katanya.
Sekretaris Daerah Kabupaten Madiun Tontro Pahlawanto menuturkan porang adalah komoditi baru yang dikembangkan sebagai pangan alternatif dan sasaran ekspor. Porang saat ini sebagai komoditas andalan di Madiun dan tahun 2020 telah dilepas benihnya yaitu varietas Madiun-1.
"Kami berharap bisa dipasarkan lebih luas lagi khususnya di Kabupaten Madiun ini," ujarnya.
Pada kesempatan ini hadir pula anggota Komisi IV DPR H. Mutahrom, Endang Thohari, Guntur Sasono, Ummi Yathul Chusna, Hamid Noor Yasin, Ibnu Multazam, H.Charles Meiksyah, Slamet Ariyadi dan Endro Purnomo. Anggota Komisi IV DPR sekaligus memberikan bantuan simbolis berupa, bibit porang, KUR, traktor roda 2, benih jagung, benih padi dan asuransi.
Kementan pada tahun 2020 telah memasilitasi bantuan seluas 17.896 hektare (ha) meliputi kegiatan pilot project bibit seluas 30 ha dan pengembangan bantuan pupuk 17.866 ha. Pelaksanaan kegiatan di enam Provinsi meliputi Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan.