REPUBLIKA.CO.ID -- Oleh Husain Abdullah, Juru Bicara Jusuf Kalla
Saya ingin menegaskan, Wakil Presiden RI ke 10 dan 12 M Jusuf Kalla, tidak punya sangkut paut dengan kepulangan Habib Rizieq Shihab. “Pak JK tidak pernah mengkomunikasikan atau pun mendanai kepulangan HRS.” Sebagaimana opini yang sedang dibangun para buzzer sejak kepulangan HRS. Tuduhan yang bermula dari ciutan Ferdinand Hutahean pada akun twiternya yang sebelumnya dalam suatu dialog di tvOne dengan saya Ferdinand tidak mampu membuktikan kebenaran ciutannya itu.
Kebohongan Ferdinand ini lalu dijadikan dasar oleh Rudi S Kamri, membangun kebohongan baru.
Yang sebenarnya perjalanan M. Jusuf Kalla ke Vatikan dan Mekkah 20-25 Oktober 2020 lalu, untuk menemui Pemimpin Umat Khatolik Paus Fransiskus dalam rangka penjurian pemberian gelar Sayeed Award for Human and Fraternity, yang digagas Paus Fransiskus dengan Imam Besar Al-Azhar Syeikh Ahmad Al Tayeb.
Dalam kapasitas Pak JK sebagai juri mewakili Asia atas penghargaan tersebut, bersama 4 juri dari benua berbeda merasa perlu bertemu langsung dan berdiskusi tentang kriteria nominator untuk penghargaan ini.
Setelah bertemu Paus Fransiskus di Vatikan, Pak JK melanjutkan perjalanan ke Riyadh Saudi Arabia, menyaksikan penanda tanganan perjanjian kerjasama Pembangunan Museum Rasulullah Muhammad SAW yang akan dibangun di Jakarta, antara Dewan Mesjid Indonesia yang diwakili Komjen Pol (Purn) Drs. Syafruddin, M.Si selaku Wakil Ketua DMI dengan
Abdul Rahman bin Muhammad Al Mathar selaku Deputi Eksekutif Liga Dunia.
Usai penandatangan ini, Pak JK sebagai muslim karena sudah berada di Saudi Arabia, tidak afdol rasanya tanpa menunaikan ibadah umrah. Untuk keperluan ibadah umrah Pak JK melanjutkan perjalanan ke Mekkah menunaikan umrah dengan protokol kesehatan yang ketat.
Saya sampaikan “Perjalanan Pak JK ke Vatikan dan Mekkah murni perjalanan misi kemanusiaan dan ibadah. Tidak bersangkut paut dengan kepulangan HRS apalagi politik dalam negeri apalagi 2024.”
Saya juga mengingatkan para buzzer untuk tidak mengotori rangkaian perjalanan ini dengan narasi menyesatkan tanpa dasar dan bukti. Karena perjalanan Pak JK murni untuk kemanusiaan dan ibadah. Sebagai negara Pancasila, kita wajib menghargai dan menghormati warga negara Indonesia yang melaksanakan ritual ibadah keagamaannya dan kiranya tidak dinodai dengan fitnah murahan.”