Ahad 22 Nov 2020 23:39 WIB

BPPTKG: Intensitas Gempa Merapi Masih Terus Naik

BPPTKG meminta pemkab di sekitar Merapi persiapkan langkah mitigasi

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Gunung Merapi difoto dari kawasan Kinahrejo, Cangkringan, Sleman, D.I Yogyakarta, Rabu ( 18/11/2020). Berdasarkan data pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta pada Rabu (18/11) pukul 06.00 WIB - 12.00 WIB Gunung Merapi mengalami 16 kali guguran serta 7 kali gempa vulkanik dangkal.
Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko
Gunung Merapi difoto dari kawasan Kinahrejo, Cangkringan, Sleman, D.I Yogyakarta, Rabu ( 18/11/2020). Berdasarkan data pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta pada Rabu (18/11) pukul 06.00 WIB - 12.00 WIB Gunung Merapi mengalami 16 kali guguran serta 7 kali gempa vulkanik dangkal.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Aktivitas Gunung Merapi masih berstatus siaga (level III). Pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menemukan, intensitas kegempaan Gunung Merapi masih terus naik tiap pekan.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan, dalam pekan ini tercatat 262 kali gempa vulkanik dangkal, 1.939 kali gempa fase banyak, tujuh kali gempa low frekuensi, 441 kali gempa guguran, 352 kali gempa hembusan dan delapan kali gempa tektonik.

"Intensitas kegempaan pada pekan ini lebih tinggi dibandingkan pekan lalu," kata Hanik, Jumat (20/11). Secara visual, cuaca sekitar Merapi umumnya cerah pada pagi, namun berkabut siang sampai malam. Asap berwarna putih, ketebalan tipis-tebal bertekanan lemah, dan tinggi maksimum 200 meter yang teramati 16 November 2020 dari Pos PGM Selo.

Guguran teramati dari Pos PGM Babadan dengan jarak uncur maksimal dua kilometer di sektor barat ke arah hulu Kali Lamat pada 14 November 2020. Analisis sektor tenggara 19 November atas 11 November menunjukkan ada perubahan morfologi kubah.

Perubahan itu merupakan runtuhnya sebagian kubah lava 2018. Analisis foto udara 16 November teramati adanya perubahan morfologi dinding kawah akibat runtuhnya lava lama, terutama 1997 (selatan), 1998 (barat), 1888 (barat) dan 1954 (utara).

"Selain itiu, belum teramati kubah lava baru. Adapun perhitungan volume kubah lava berdasarkan foto drone tersebut sebesar 200.000 meter kubik," ujar Hanik.

Deformasi yang dipantau menggunakan EDM pada pekan ini menunjukkan adanya laju pemendekan jarak 9 centimeter per hari. Pekan ini, terjadi hujan dengan curah tertinggi 64 milimeter per jam 60 menit 13 November 2020 di Pos PGM Kaliurang.

Namun, Hanik menekankan, tidak dilaporkan lahar dan penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu Merapi. Potensi bahaya masih berupa guguran lava, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan dan awan panas maksimal lima kilometer.

Untuk itu, BPPTKG tetap merekomendasikan Pemkab Sleman, Magelang, Boyolali dan Klaten mempersiapkan segala langkah mitigasi bencana yang bisa terjadi tiap saat. Penambangan di alur sungai berhulu di Merapi dalam KRB III diharap dihentikan.

"Pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi, termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi," kata Hanik.

BPPTKG turut meminta masyarakat mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan sekitar Merapi. Hanik menambahkan, jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement