Senin 23 Nov 2020 15:28 WIB

Kekebalan dari Covid-19 Bertahan Hingga Puluhan Tahun

Banyak orang terkena Covid-19 masih memiliki sel kekebalan mencegah penyakit

Rep: Puti Almas/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Covid-19. Banyak orang terkena Covid-19 masih memiliki sel kekebalan mencegah penyakit.
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19. Banyak orang terkena Covid-19 masih memiliki sel kekebalan mencegah penyakit.

REPUBLIKA.CO.ID, Kekebalan dari virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19 mungkin dapat bertahan hingga puluhan tahun. Hal ini diketahui dari sebuah studi terbaru mengenai memori kekebalan yang dilakukan sekelompok ilmuwan.

Dalam waktu delapan bulan, banyak orang yang sudah terkena Covid-19 masih memiliki sel kekebalan cukup untuk mencegah penyakit. Penelitian lebih lanjut memperlihatkan bahwa sel-sel tersebut dapat bertahan dalam tubuh untuk waktu sangat lama.

“Jumlah memori tersebut kemungkinan akan mencegah sebagian besar orang dari penyakit parah yang membutuhkan perawatan di rumah sakit selama bertahun-tahun,” ujar Shane Crotty, seorang ahli virologi di La Jolla Institute of Immunology yang ikut memimpin studi tersebut, dilansir NY Times, Senin (23/11).

Penelitian terbaru sesuai dengan apa yang diketahui sebelumnya bahwa orang yang sembuh dari SARS (sindrom pernapasan akut parah) yang juga disebabkan oleh virus corona masih membawa sel kekebalan penting dalam waktu 17 tahun. Sebuah penelitian yang diterbitkan pada pekan lalu juga menemukan bahwa orang yang telah pulih dari Covid-19 memiliki sel kekebalan pembunuh yang kuat dan protektif, bahkan ketika antibodi tidak dapat terdeteksi.

Akiko Iwasaki, ahli imunologi di Universitas Yale, Amerika Serikat (AS) mengatakan tidak terkejut bahwa tubuh memberikan respons yang tahan lama karena itulah yang seharusnya terjadi Namun, penelitian yang ada saat ini menurutnya benar-benar menunjukkan hasil menggembirakan.

Sejumlah kecil orang yang terinfeksi dalam studi baru tidak memiliki kekebalan jangka panjang setelah pemulihan, mungkin karena perbedaan jumlah virus corona yang mereka alami. Tetapi, menurut Jennifer Gommerman, ahli imunologi di Universitas Toronto, vaksin dapat mengatasi variabilitas individu itu.

“Itu akan membantu dalam memfokuskan respons, jadi Anda tidak mendapatkan jenis heterogenitas yang sama seperti yang Anda lihat pada populasi yang terinfeksi,” jelas Gommerman.

Dalam beberapa bulan terakhir, laporan tentang penurunan tingkat antibodi telah menciptakan kekhawatiran bahwa kekebalan terhadap virus korona dapat hilang dalam beberapa bulan, membuat orang rentan terhadap virus lagi. Tetapi banyak ahli imunologi telah mencatat bahwa merupakan hal wajar jika kadar antibodi menurun.

Selain itu, antibodi hanyalah salah satu bagian dari sistem kekebalan. Meskipun antibodi dalam darah diperlukan untuk memblokir virus dan mencegah infeksi ulang atau suatu kondisi yang dikenal sebagai kekebalan pensteril, sel kekebalan yang lebih sering mengingat virus bertanggung jawab untuk mencegah penyakit serius.

Kekebalan sterilisasi tidak terlalu sering terjadi. Menurut Alessandro Sette, ahli imunologi di La Jolla Institute of Immunology dan salah satu pemimpin penelitian seringkali orang terinfeksi untuk kedua kalinya dengan patogen tertentu dan sistem kekebalan mengenali penyerang dan dengan cepat memadamkan infeksi. Virus corona menurutnya lambat menimbulkan kerusakan, memberi sistem kekebalan tubuh lebih banyak waktu untuk mulai bekerja.

“Ini dapat dihentikan cukup cepat sehingga Anda tidak hanya mengalami gejala apa pun tetapi juga tidak menular,” jelas Sette.

Sette dan rekan-rekan dalam tim studi merekrut 185 laki-laki dan perempuan, berusia 19 hingga 81 tahun, yang telah pulih dari Covid-19. Mayoritas memiliki gejala ringan yang tidak memerlukan perawatan di rumah sakit, sementara sebagian besar hanya menyediakan satu sampel darah.

Tim melacak empat komponen sistem kekebalan, yaitu antibodi, sel B yang membuat lebih banyak antibodi sesuai kebutuhan, serta dua jenis sel T yang membunuh sel lain yang terinfeksi. Ini diperlukan untuk membangun gambaran dari respon imun dari waktu ke waktu.

Kekhawatiran tentang berapa lama kekebalan terhadap virus corona jenis baru bertahan pada seseorang dipicu terutama oleh penelitian terhadap virus yang menyebabkan flu biasa. Satu studi yang yang dipimpin oleh Jeffrey Shaman dari Universitas Columbia, menyarankan bahwa kekebalan dapat memudar dengan cepat dan infeksi ulang dapat terjadi dalam waktu satu tahun.

“Yang perlu kita perhatikan adalah apakah infeksi ulang akan menjadi perhatian atau tidak. Jadi, melihat bukti bahwa kami memiliki respons yang kuat dan gigih, setidaknya untuk skala waktu ini, sangat menggembirakan,” ujarnya.

Kekhawatiran tentang berapa lama kekebalan terhadap virus korona bertahan dipicu terutama oleh penelitian terhadap virus yang menyebabkan flu biasa. Satu studi yang sering dikutip, yang dipimpin oleh Jeffrey Shaman dari Universitas Columbia, menyarankan bahwa kekebalan dapat memudar dengan cepat dan infeksi ulang dapat terjadi dalam waktu satu tahun.

Waktu pasti berapa lama kekebalan dari Covid-19 bertahan sulit untuk diprediksi, karena para ilmuwan belum mengetahui tingkat berbagai sel kekebalan yang diperlukan untuk melindungi dari virus. Tetapi, penelitian sejauh ini menunjukkan bahwa bahkan sejumlah kecil antibodi atau sel T dan B mungkin cukup untuk melindungi mereka yang telah pulih.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement