Selasa 24 Nov 2020 11:01 WIB

Mandiri Institute: Transaksi Ritel dan Restoran Membaik

Riset Mandiri Institute membuktikan transaksi ritel meningkat meski tidak merata

Pramusaji membersihkan meja makan di restoran Bebek Kaleyo, Kemanggisan, Jakarta. Mandiri Institute kembali melakukan live-monitoring aktivitas pada dua sektor yang paling terdampak, yaitu ritel dan restoran. Hasilnya, Mandiri Institute menemukan perbaikan volume transaksi ritel dan restoran dari data transaksi yang didapat.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pramusaji membersihkan meja makan di restoran Bebek Kaleyo, Kemanggisan, Jakarta. Mandiri Institute kembali melakukan live-monitoring aktivitas pada dua sektor yang paling terdampak, yaitu ritel dan restoran. Hasilnya, Mandiri Institute menemukan perbaikan volume transaksi ritel dan restoran dari data transaksi yang didapat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mandiri Institute kembali melakukan live-monitoring aktivitas pada dua sektor yang paling terdampak, yaitu ritel dan restoran. Hasilnya, Mandiri Institute menemukan perbaikan volume transaksi ritel dan restoran dari data transaksi yang didapat.

Riset yang dilakukan dari Juli hingga Oktober 2020 ini menggunakan metode ‘live tracking’, serta mengumpulkan data dari 7.217 lokasi toko dan 9.362 restoran di 8 kota besar. Sejumlah data menunjukkan adanya pemulihan meskipun tidak merata antar wilayah. 

Menurut  Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono, sebagian ritel memang masih belum sepenuhnya kembali seperti periode pra COVID-19. Pasalnya, konsumen cenderung menaikkan rata-rata nilai transaksi namun mengurangi frekuensi kunjungan ke tempat belanja.

“Berdasarkan analisa data Google Maps, kami menemukan bahwa angka kunjungan ke tempat belanja menurun tipis menjadi 52 persen di bulan Oktober, dari 57 persen di bulan September. Kenaikan kunjungan ke pusat belanja terjadi di Bogor, seiring dengan adanya pelonggaran PSBMK. Sementara itu tingkat kunjungan ke restoran juga mengalami penurunan di bulan Oktober menjadi 47 persen dari 53 persen pada bulan sebelumnya. Data menunjukkan bahwa meski sudah kembali memasuki PSBB transisi, dampak dari PSBB II di DKI masih terasa,” kata Teguh Yudo.   

Analisis spasial juga menunjukkan ketimpangan dalam pemulihan kunjungan ke restoran. Di wilayah Jadetabek, lanjut Teguh, pemulihan terjadi lebih cepat di daerah pemukiman penduduk seperti perbatasan Bekasi dan Tangerang.  

Dia mencontohkan, kunjungan ke restoran di daerah sekitar Jakarta seperti Tangerang, Bekasi dan Depok, sudah di atas 50 persen. Bogor, baik di pusat kota maupun  kawasan wisata, menunjukkan tren pemulihan yang lebih cepat. Di Surabaya, kunjungan berangsur pulih di daerah perumahan dan universitas. Sedangkan di Denpasar, masih belum menunjukkan pemulihan yang signifikan antara Juli dan Oktober 2020. 

Berdasarkan riset yang telah dilakukan, Mandiri Institute menyimpulkan bahwa ketimpangan tingkat kunjungan restoran akan berdampak pada ketimpangan dalam potensi bisnis UMKM yang bergerak ataupun terkait dengan di sektor restoran. Hal ini akan menjadi tantangan dalam mendorong pemulihan UMKM. 

Tantangan lain di sektor restoran adalah, upaya meningkatkan kepatuhan penerapan protokol kesehatan yang ketat di restoran- terutama untuk dine-in. Tanpa adanya kepatuhan masyarakat dan pelaku usaha, serta pengawasan dan penegakan aturan protokol kesehatan oleh pemerintah, minat masyarakat untuk dine-in di restoran masih akan rendah untuk ke depannya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement