REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Balai Konservasi Borobudur (BKB) telah menutup sebagian lorong dan puluhan stupa Candi Borobudur untuk mengantisipasi hujan abu jika terjadi erupsi Gunung Merapi, Selasa (24/11). Pamong Budaya Ahli Madya BKB Yudi Suhartono mengatakan sebanyak 56 stupa di lantai 8 dan 9 dan lorong di lantai 3, 4, 5 dan 6 telah ditutup terpal (terpaulin).
Yudi menyebutkan stupa yang sudah ditutup terpaulin, yakni lantai 8 ada 32 stupa dan di lantai 9 ada 24 stupa. Sedangkan di lantai 10 terdapat 16 stupa dan stupa induk belum ditutup terpaulin.
Lorong lantai yang ditutup terpaulin dengan warna beragam tersebut saat terkena sinar matahari memantulkan cahaya di dinding candi sesuai warna terpal. Jika dilihat dari kejauhan seolah dinding candi dicat.
Yudi menuturkan lantai candi terpaksa ditutup terpaulin karena dikhawatirkan abu masuk di saluran air dan akan menyulitkan saat pembersihan. Demikian juga penutupan di stupa candi, karena ada lubang-lubang dan jika abu masuk maka menyulitkan dalam pembersihan.
"Penutupan stupa dan lorong candi sebagai upaya mitigasi bencana Merapi terhadap bangunan candi untuk meminimalisasi dampak bahaya abu vulkanik terhadap batuan candi, yakni pelapukan," katanya.
Menurut dia, penutupan stupa dan lorong dengan terpaulin tersebut belajar dari pengalaman erupsi Gunung Merapi 2010 dan Gunung Kelud 2014 yang mengeluarkan abu vulkanik sampai Candi Borobudur.
"Abu vulkanik yang bersifat asam tersebut dapat merusak batu candi. Batu akan menjadi lapuk kalau dibiarkan terus-menerus. Pengalaman itu yang membuat kita melakukan penutupan lorong dan stupa candi," katanya.