Rabu 25 Nov 2020 23:12 WIB

Tino Sidin, Guru Gambar Legendaris Muncul di Doogle Google

Google mengenang Tino Sidin dengan menempatkan gambarnya di doodle pada Hari Guru.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Karta Raharja Ucu
Google mengenang Tino Sidin dengan menempatkan gambarnya di doodle pada Hari Guru.
Foto: tino sidin
Google mengenang Tino Sidin dengan menempatkan gambarnya di doodle pada Hari Guru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Google mengabadikan foto "guru gambar" legendaris untuk anak-anak era 1980-an dan 1990-an, Tino Sidin, Rabu, 25 November 2020. Di laman muka Google, terpampang gambar Tino Sidin bersama dengan anak-anak muridnya.

Dalam gambar tersebut, Tino memakai kemeja berwarna kuning dan topi baret berwarna biru. Tino Sidin terlihat bergerak dalam doodle tersebut dan mengatakan bagus.

Selain memperingati hari guru nasional, 25 November juga diperingati sebagai hari kelahiran seniman dan guru berbakat, Tino Sidin atau kerap dipanggil Pak Tino. Bagi anak-anak yang hidup di periode 1980 sampai 1990-an, tentu tidak akan asing dengan sosok ini.

Nama seniman kelahiran Kota Tebing Tinggi, Sumatra Utara itu harum berkat acara "Gemar Menggambar" yang disiarkan di stasiun TVRI setiap Ahad sore di periode 1980-an hingga 1990-an.

Dalam acara tersebut, dia mengajarkan anak-anak bahwa menggambar itu mudah. Setiap akhir acara, dia menunjukkan karya-karya yang dikirim dan mengomentarinya “bagus!”

Perjalanan hidupnya sangat berliku-liku, dari Tebing Tinggi, Medan, Yogyakarta, Jakarta, Binjai, dan sejumlah kota lain. Dia juga mempunyai ikatan kuat dengan Taman Siswa melalui beragam era, mulai dari era perjuangan sampai Orde Baru yang membuatnya dekat dengan sosok Bung Karno dan Pak Harto.

Setelah kemerdekaan, Pak Tino bersama Daoed Joesoef dan Nasjah Djamin mendirikan kelompok Angkatan Seni Rupa Indonesia di Medan. Di sana, dia juga aktif di kepanduan dan kepalangmerahan.

Pada medio 1946, Pak Tino pindah ke Yogyakarta. Dia melukis, membuat sketsa, dan membuat propaganda anti Belanda. Pada Februari 1949, Pak Tino pergi ke Jakarta bergabung dengan Batalyon X Divisi Siliwangi. Long march bersejarah ini terekam dalam sketsa-sketsa.

Sebelum membawakan acara di TVRI, ia merupakan pengasuh sanggar menggambar Kelompok Seni Sono pada 1968. Barulah pada 1969, TVRI Yogyakarta mengundang Pak Tino untuk mengisi acara “Gemar Menggambar”. Acara tersebut berlangsung sampai 1978 dan berpindah ke stasiun TVRI Pusat mulai 1979 hingga 1989.

Pada 1972, Pak Tino terlibat dalam pembuatan film layar lebar "Sisa-Sisa Laskar Pajang" sebagai art director. Selain film itu, ia juga terlibat dalam film lain, seperti "Api di Bukit Menoreh" sebagai art director dan "Nakalnya Anak-Anak" sebagai aktor.

Selain aktif sebagai guru, dia juga penulis dan menghasilkan komik dewasa pada 1953 yang berjudul "Harimau Gadungan" dan "Kalau Ibuku Pilih Menantu". Komik anak-anak pun juga dihasilkan, misal "Bandung Lautan Api", "Bawang Putih Bawang Merah", dan "Serial Pak Kumis".

Dia menghembuskan napas terakhirnya pada 29 Desember 1995 di umur 70 tahun. Untuk mengenangnya, kediaman Pak Tino di Yogyakarta disulap menjadi Museum Taman Tino Sidin pada 2017 lalu.

Selamat Hari Guru, Selamat Milad Pak Tino.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement