Kamis 26 Nov 2020 23:12 WIB

Tes Masif Picu Kasus Covid-19 di Kota Bandung Meningkat

Data klaster keluarga yang menunjukkan banyak lansia terpapar Covid-19

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Hiru Muhammad
Petugas melayani warga yang melakukan Swab Tes Covid-19, di Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Labkesda Jabar), Jalan Sederhana, Kota Bandung, Jumat (26/10). Semenjak pandemi, Labkesda Jabar saat selalu ramai oleh  warga yang ingin mengetahui kondisinya terkait Covid-19. Saat ini Swab Tes dianggap lebih akurat dibading rapid tes.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Petugas melayani warga yang melakukan Swab Tes Covid-19, di Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Labkesda Jabar), Jalan Sederhana, Kota Bandung, Jumat (26/10). Semenjak pandemi, Labkesda Jabar saat selalu ramai oleh warga yang ingin mengetahui kondisinya terkait Covid-19. Saat ini Swab Tes dianggap lebih akurat dibading rapid tes.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengungkapkan pengetesan secara masif yang dilakukan  pemerintah membuat kasus covid-19 di Kota Bandung terus meningkat. Pengetesan dilakukan untuk memudahkan pelacakan terhadap masyarakat yang melakukan kontak erat dengan pasien yang terpapar virus Corona.

"Saya gak tahu gelombang kedua Covid-19, harus epidemologi tapi konsekuensi tes yang dilakukan peningkatan kasus," ujarnya, Kamis (26/11). Menurutnya, rapid tes yang sudah dilakukan kurang lebih mencapai 50 ribu pengetesan.

Ia melanjutkan, uji usap sudah mencapai 45 ribu pengetesan. Menurutnya, jumlah tersebut sudah melebihi standar yang ditetapkan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO). "Rapid 50 ribu dan itu diatas ketentuan WHO dan swab 45 ribu. Konsekuensi dari tes," katanya. Yana melanjutkan, virus Corona mudah menular sebab penularan terjadi melalui droplet sehingga penerapan protokol kesehatan mutlak dilakukan.

Ia  terkejut dengan data klaster keluarga yang menunjukkan banyak lansia terpapar Covid-19 padahal tidak keluar rumah. Menurutnya, lansia diperkirakan terpapar dari anggota keluarga yang masih melakukan aktivitas di luar rumah."Mudah-mudahan kalau kita disiplin prokes Insya Allah," katanya. 

Pihaknya terus berupaya untuk menambah tempat tidur di ruang isolasi karena tingkat keterisian tempat tidur saat ini yang sudah mencapai 90 persen lebih. "Warga yang positif tapi ternyata dia orang tanpa gejala sebaiknya tidak menggunakan fasilitas rumah sakit tapi fasilitas isolasi mandiri kita upayakan," katanya. 

Menurutnya, keberadaan lembur tohaga diharapkan dapat memunculkan ruang isolasi mandiri. Berdasarkan data pusat informasi covid-19, kasus kumulatif Covid-19 hingga Rabu (25/11) mencapai 3.185 kasus, 623 kasus aktif, 2.451 kasus sembuh dan 111 kasus meninggal dunia. Kasus harian positif aktif Covid-19 dua hari terakhir yaitu 90 dan 146 kasus.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement