REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang dengan golongan darah tertentu lebih mungkin untuk tertular virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) dan meninggal akibat penyakit Covid-19 tersebut. Temuan yang menggunakan data dari lebih dari 225.500 orang ini menambah bukti bahwa golongan darah adalah indikator risiko penyakit Covid-19.
Ada empat golongan darah, yaitu A, B, AB, dan O. Seseorang bisa positif atau negatif, jadi artinya ada delapan jenis secara total.
Jenis darah Anda akan tergantung pada genetika dari orang tua Anda. Golongan darah yang paling umum di Inggris dan juga Indonesia adalah O.
Mayoritas orang Inggris positif (85 persen). Oleh karena itu tipe O+ adalah golongan darah yang paling umum di Inggris.
Golongan darah paling langka adalah AB, terhitung tiga persen. Hanya satu persen dari populasi adalah AB-.
Studi terbaru melibatkan ribuan sukarelawan di Kanada. Mereka semua menjalani tes darah antara 2007 dan 2019 untuk menentukan jenisnya. Peserta juga pernah menjalani tes Covid antara Januari dan Juni tahun ini.
Para peneliti menggunakan golongan darah A sebagai referensi seberapa besar kemungkinan orang tertular SARS-CoV-2. Setelah mempertimbangkan semua faktor risiko lain untuk Covid-19, para ilmuwan mengatakan, mereka dengan golongan darah AB 15 persen lebih mungkin untuk dites positif terkena virus dibandingkan dengan tipe A.
Lalu, mereka yang berada dalam kelompok tipe B adalah 21 persen lebih mungkin daripada tipe A untuk tertular virus. Orang dengan golongan darah A dan AB tampaknya berisiko lebih besar terkena infeksi dan hasil Covid-19 terburuk.
Infeksi lima persen lebih kecil kemungkinannya pada tipe O dibandingkan A. Namun, ketika kelompok ini dibandingkan dengan semua golongan darah, kemungkinan ini naik menjadi 12 persen.
Para peneliti juga menemukan mereka yang memiliki golongan darah negatif (O-, A-, B- atau AB-) rata-rata 21 persen lebih kecil kemungkinannya untuk terserang penyakit tersebut. Mempertimbangkan temuan ini, orang-orang yang O- 16 persen lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi virus corona dibandingkan yang lainnya.
Akan tetapi, studi tersebut tidak memberikan rincian untuk kelompok lain. Dalam kohort penelitian, terdapat 1.328 kasus penyakit Covid-19 parah atau kematian.
Mereka yang berada di golongan darah AB (paling langka) dan B lebih mungkin menderita hasil terburuk dari penyakit ini, 21 persen lebih mungkin dibandingkan mereka yang berada di kelompok A. Sementara itu, mereka yang berada di grup O enam persen lebih kecil kemungkinannya dibandingkan grup A untuk memburuk, meningkat hingga 13 persen lebih kecil kemungkinannya dibandingkan dengan semua golongan darah.
Tipe negatif juga 18 persen lebih kecil kemungkinannya dibandingkan tipe positif untuk terkena Covid-19 parah atau meninggal. Studi ini menunjukkan bahwa orang dengan darah AB + atau B + adalah yang paling berisiko terkena Covid-19 yang parah, sedangkan mereka dengan O- paling sedikit.
Para peneliti Kanada menulis dalam makalah mereka bahwa secara keseluruhan, bukti saat ini menunjukkan bahwa golongan darah O dan Rh− (negatif) dapat melindungi terhadap infeksi SARS-CoV-2 dan mungkin penyakit Covid-19 yang parah.
"Apakah informasi ini dapat memengaruhi pencegahan Covid-19 atau strategi pengobatan, masih harus ditentukan," kata peneliti dilansir di The Sun, Jumat (27/11).
Penemuan yang diterbitkan dalam jurnal Annals of Internal Medicine itu sejalan dengan penelitian Denmark yang menemukan hasil tes positif yang lebih sedikit di antara mereka yang bergolongan darah O dan lebih banyak pada orang-orang dengan golongan darah A, B, dan AB. Para peneliti telah membandingkan data register lebih dari 473 ribu orang yang diuji untuk Covid-19 dengan kelompok kontrol lebih dari 2,2 juta dari populasi umum.
Studi lain terhadap 95 pasien Covid-19 yang sakit kritis di rumah sakit di Vancouver menemukan bahwa golongan darah A dan AB berisiko lebih tinggi mengalami gejala parah daripada mereka yang menderita O atau B. Mereka lebih cenderung membutuhkan alat pernapasan mekanis. Ini menunjukkan bahwa mereka memiliki tingkat cedera paru yang lebih tinggi akibat virus dan dialisis untuk gagal ginjal.