Jumat 27 Nov 2020 21:16 WIB

PBNU Respons Kemunculan Komite Khittah NU 1926

Organisasi yang legal dan sah hanya pengurus PBNU

Rep: Muhyiddin/ Red: Esthi Maharani
Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) merespons munculnya gerakan Komite Khittah NU (KKNU) 1926. Organisasi ini muncul di bawah kepemimpinan Prof Rochmat Wahab dan bersekretariat di Jalan Delta Raya Utara, Waru, Sidoarjo.

Wakil Ketua Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Misbahul Munir Kholil mengatakan, orang-orang yang aktif di organisasi tersebut tidak sah mengatasnamakan pengurus NU.

“Organisasi yang legal dan sah hanya pengurus PBNU yang di Kramat Raya. Hasil muktamar 33 Jombang. Mereka yang menamakan dirinya KKNU tidak sah mengatasnamakan pengurus  NU karena tidak memenuhi AD/ART,” ujar Kiai Misbah saat dihubungi Republika.co.id, Jum’at (27/11).

“Apalagi pengurus yang dicatut oleh KKNU banyak yang menolak namanya dicatut,” imbuhnya.

Seperti diketahui, sebelumnya Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, KHR Ach Azaim Ibrahimy memang membuat klarifikasi bahwa dirinya tidak termasuk dalam jajaran kelembagaan Pengurus Besar Komite Khittah NU 1926.

Cucu Kiai As’ad tersebut tetap memegang teguh amanah dari almarhum KH Shalahuddin Wahid (Gus Sholah) untuk melakukan gerakan khittah secara kultural, bukan diformalkan sebagai gerakan kelembagaan seperti KKNU 1926.

“Ini merupakan permulaan yang tidak baik dan tentu akan melahirkan perjalanan dan akhir yang tidak baik. Ingat pesan Kiai As’ad Syamsul Arifin. Siapa yang main main dengan NU akan hancur sendiri,” ucap Kiai Misbah.

Dia pun mengingatkan kepada orang-orang yang berada di kepengurusan KKNU 1926 untuk tidak mentradisikan perpecahan. Karena, menurut dia, hal serupa dulu juga sudah pernah ada pada zaman orde baru dengan membuat NU tandingan yang diketuai oleh Abu Hasan cs.

“Nyatanya juga menjadi abu beneran. Fenomena NU tandingan baik bernama NU GL atau KKNU  tidak bisa dibenarkan,” kata Kiai Misbah.

Pakar ajaran Aswaja ini menambahkan, sebagai benteng ajaran Islam Aswaja di Indonesia bahkan di dunia, NU dijaga oleh Allah Swt. Menurut dia, kemurnian ajaran Alquran dan Rasulullah akan selalu dikawal oleh mayoritas umat Islam dan Nabi menjamin bahwa umatnya tidak akan tersesat secara kolektif .

“Umat terbaik dalam hal penjagaan ini adalah NU dan pengurusnya. Hendaknya di internal pengurus NU yang sudah ada lebih solid dan ikhlas mengabdi di NU. Dan suksesi di kalangan NU hendaknya terus dijaga lewat mekanisme Muktamar yang tertunda oleh sebab pandemi,” jelas Kiai Misbah yang juga merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Ilmu Qur’an Al-Misbah Jakarta.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement