Senin 30 Nov 2020 23:37 WIB

Sistem Pendidikan Kuttab Mulai Marak di Indonesia?

Sistem kuttab mengklaim adopsi sistem pendidikan era Nabi SAW

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Sistem kuttab mengklaim adopsi sistem pendidikan era Nabi SAW. Ilustrasi kuttab
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sistem kuttab mengklaim adopsi sistem pendidikan era Nabi SAW. Ilustrasi kuttab

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Lembaga pendidikan Islam bertumbuhan di tengah masyarakat. Bentuknya beragam, dari pesantren, sekolah berbasis ormas Islam, sekolah Islam terpadu, hingga madrasah. Seiring dengan banyaknya minat masyarakat terhadap pendidikan Islam, muncul sistem pendidikan yang dikenal dengan istilah kuttab sejak 2012. 

Peneliti bidang pendidikan agama dan keagamaan, Aji Sofanuddin, mengatakan, kuttab merupakan lembaga pendidikan dasar baru yang muncul sejak 2012.

Baca Juga

Meski belum ada data resmi dari Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tentang keberadaan kuttab di Indonesia, eksistensi sistem pendidikan ini justru cukup digandrungi banyak masyarakat. "Memang, tren kuttab ini terus menanjak, ya," kata Aji saat dihubungi Republika.co.id, belum lama ini. 

Dia menjelaskan, eksistensi sebagian kuttab selama ini mengantongi izin operasional sebagai pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) di bawah dinas pendidikan, sebagian izin operasional lainnya sebagai pendidikan kesetaraan tingkat mula (SD) di bawah Kemenag. 

Dia melanjutkan, sebagian menginduk ke PKBM lain dan sebagian lagi belum memiliki izin operasional. Menurut dia, perizinan serta regulasi yang mengatur untuk kuttab-kuttab ini secara baku belum tersusun rapi oleh pemerintah. 

Oleh karena itu, pengurusan izin bagi kuttab menjadi agak sulit. Padahal, sepanjang pengamatannya, kuttab menawarkan sejumlah keunggulan sebagai sistem pendidikan alternatif baru, terutama di bidang pendidikan agama Islam (PAI), Alquran, dan al-Iman.

Klasifikasi pelajaran itu, menurut Aji, cukup membuat kuttab-kuttab menonjol dan diminati masyarakat Muslim Indonesia saat ini. "Padahal, bagi saya, kuttab-kuttab ini menawarkan sistem pendidikan yang bagus, bisa menjadi alternatif. Hanya memang perizinannya masih susah bagi kuttab," kata dia.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukannya, pengumpulan data beberapa kuttab di daerah Jawa Tengah pun diteliti. Beberapa kuttab tersebut yaitu Kuttab al-Fatih Purwokerto, Kuttab al-Fatih Tegal, Kuttab Ibnu Abbas Surakarta, Kuttab Harun al-Rasyid Surakarta, Kuttab Ibnu Abbas Klaten, Kuttab al-Jazary Surakarta, dan Kuttab al-Ayyubi Kendal.

Berdasarkan sejarah singkatnya sebagaimana yang dilansir di Jurnal Edukasi Kemenag, Senin (19/10), keberadaan kuttab di Indonesia tampak mulai tumbuh dan berkembang di beberapa wilayah. 

Berawal dari berdirinya Kuttab al-Fatih di Depok yang kemudian membuka cabang di 22 kota, kuttab-kuttab lain pun mulai bermunculan.

Di Kuttab al-Jazary Surakarta, misalnya, kurikulum dan metode pem belajaran yang dianut adalah merepresentasikan pendidikan Islam klasik. Sistem pendidikan Kuttab al-Jazary sebagaimana yang ditemukan dalam penelitian jurnal itu terdiri atas pendidikan Alquran, pendidikan adab, dan pendidikan ilmu.

Ketiga sistem pendidikan tersebut merupakan representasi dari pendidikan Islam klasik yang diterapkan di kuttab-kuttab pada awal perkembangan Islam. Sedangkan, metode pembelajaran yang diterapkan didominasi metode halaqah yang khu susnya untuk pembelajaran Alquran. Adapun metode klasikan dila kukan untuk pembelajaran ilmu syar'i dan ilmu umum.

"Jadi, kuttab ini bukan jenis pendidikan yang bisa serta-merta disa makan dengan pesantren, sekolah, dan lainnya. Mereka ini pun enggan disebut sebagai sekolah karena mereka punya sistem pendidikan yang khas," kata Aji.  

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement