Selasa 01 Dec 2020 23:38 WIB

Rotan Langka, Pengusaha Mebel Mengaku Sulit Beroperasi

Pengusaha mebel menyebut rotan langka karena penyeludupan keluar negeri

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja mengangkut rotan yang dipersiapkan untuk bahan baku furnitur di Banda Aceh, Aceh, Rabu (5/8/2020). Pengusaha penampungan rotan menyebutkan setelah minim permintaan sejak pertengahan Maret akibat pandemi COVID-19, permintaan rotan untuk bahan baku industri furnitur dan mebel kembali meningkat akibat adanya permintaan ekspor mebel di beberapa negara.
Foto: ANTARA /Irwansyah Putra
Pekerja mengangkut rotan yang dipersiapkan untuk bahan baku furnitur di Banda Aceh, Aceh, Rabu (5/8/2020). Pengusaha penampungan rotan menyebutkan setelah minim permintaan sejak pertengahan Maret akibat pandemi COVID-19, permintaan rotan untuk bahan baku industri furnitur dan mebel kembali meningkat akibat adanya permintaan ekspor mebel di beberapa negara.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON – Para pengusaha mebel dan kerajinan rotan mengalami kelangkaan bahan baku rotan. Beberapa perusahaan bahkan terpaksa berhenti produksi akibat kondisi tersebut.

Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Abdul Sobur, menyebutkan, kelangkaan bahan baku rotan itu terjadi sejak sekitar empat bulan terakhir. Selain langka, bahan baku rotan pun mengalami kenaikan yang tinggi.

Abdul Sobur menyebutkan, harga bahan baku rotan semula Rp 13 ribu - Rp 15 ribu per kilogram. Namun, saat ini sudah naik di kisaran Rp 17 ribu - Rp 20 ribu per kilogram.

"Harganya naik tinggi, barangnya pun tidak ada," kata Abdul Sobur, usai kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Mencari Solusi Kelangkaan Bahan Baku Rotan, di Kota Cirebon, Selasa (1/12).