Jumat 04 Dec 2020 08:15 WIB

Anak-Anak di Yaman Berjuang Lawan Malanutrisi

PBB memperingatkan krisis Yaman sebagai krisis kemanusiaan terbesar di dunia

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Christiyaningsih
Anak-anak di Yaman menderita gizi buruk dan kelaparan karena blokade yang dilakukan koalisi Arab Saudi.
Foto: Ali Ashwal/Save the Children
Anak-anak di Yaman menderita gizi buruk dan kelaparan karena blokade yang dilakukan koalisi Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, HAJJAH – Empat bulan lalu Hassan Merzam Muhammad (10) mengalami kekurangan gizi yang sangat parah sehingga dia tidak dapat berjalan atau bereaksi. Dia dibawa dalam keadaan lemas ke sebuah klinik Yaman oleh ayahnya.

Fotonya yang masuk di salah satu foto tahun ini oleh Reuters membantu menarik perhatian dunia pada penderitaan negaranya. Hari ini setelah perawatan, dia bermain dengan mobil mainan, duduk di atas keledai. Hassan sudah bisu sejak lahir sehingga dia menggunakan bahasa isyarat dan senyuman untuk berkomunikasi.

Kekurangan gizi menimpanya dan dua juta anak Yaman lainnya ketika perang. Terlebih adanya penurunan ekonomi dan pandemi Covid-19. Kondisi ini bisa menjadi krisis kelaparan terburuk selama beberapa dekade.

“Hassan makan apa yang kita makan seperti nasi dan roti. Kami tidak memiliki makanan kaya lemak saat ini, kami tidak dapat menemukan daging untuknya,” kata pamannya, Tayeb Muhammed, dilansir Arab News, Kamis (3/12).

Hassan telah kehilangan sebagian berat badan selama perawatan sejak kembali ke gubuk keluarganya. Dia sudah mengungsi lima kali karena perang. Sekarang Hassan dan keluarganya tinggal di pedesaan Hajjah, salah satu daerah termiskin. Ayahnya tidak punya pekerjaan untuk menafkahi ketujuh anaknya.

Ketika Reuters pertama kali bertemu Hassan pada Juli, beratnya hanya sembilan kilogram. Klinik kesehatan setempat yang sedang berjuang mengirimnya ke ibu kota Sanaa untuk perawatan, dibayar oleh badan amal. Dia sekarang memiliki berat lebih dari 13 kilogram.

“Tubuhnya lemah lagi,” kata pamannya kepada Reuters. Saat ini Hassan sangat membutuhkan perawatan lebih.

Kelaparan tidak pernah diumumkan secara resmi di Yaman. Perang yang terjadi selama lebih dari lima tahun telah membuat 80 persen populasi bergantung pada bantuan. Selain sebagai krisis kelaparan, PBB memperingatkan ini juga sebagai krisis kemanusiaan terbesar di dunia.

Peringatan PBB pada akhir 2018 tentang kelaparan yang akan datang mendorong peningkatan bantuan. Namun tahun ini karena Covid-19, terjadi pengurangan pengiriman uang dan kekurangan dana yang signifikan dari respons bantuan tahun 2020 yang memperburuk kelaparan.

Dokter Klinik Tempat Hassan dirawat, Ali Yahya Hajjer mengatakan keluarga tersebut membutuhkan keranjang nutrisi yang dikirimkan ke rumah mereka sampai situasi anak dan keluarganya stabil. Perang di Yaman telah menewaskan lebih dari 100 ribu orang dan membuat negara itu terbagi dengan Houthi yang menguasai Sanaa dan sebagian besar pusat kota utama.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement