REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan pembunuhan ilmuwan nuklir Iran Mohsen Fakhrizadeh pekan lalu bisa jadi akan merumitkan hubungan antara Washington dan Teheran.
"Semua hal itu, saya kira, akan sangat sulit," kata Biden kepada CNN dalam sebuah wawancara setelah seorang pejabat senior pemerintah AS mengeklaim bahwa Israel berada di balik pembunuhan itu.
"Intinya, kita tidak bisa membiarkan Iran memiliki senjata nuklir," kata Biden, sambil mengkritik Presiden Donald Trump karena menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran pada 2015.
"Dia telah menarik diri untuk mendapatkan sesuatu yang lebih keras, dan apa yang telah mereka lakukan? Mereka telah meningkatkan kemampuan mereka untuk memiliki bahan nuklir. Mereka semakin mendekati kemampuan untuk dapat memiliki cukup bahan untuk senjata nuklir," tutur Biden.
Mantan wakil presiden itu menekankan, AS membutuhkan mitra untuk berhubungan dengan Iran. Dia mengatakan, pemerintahannya dapat bekerja sama dengan Rusia dan China dalam banyak hal.
Di tengah laporan yang belum dikonfirmasi bahwa Trump mungkin tidak menghadiri acara pelantikan pada 20 Januari mendatang, Biden mengatakan Trump harus hadir, untuk menghindari gambaran negatif bagi seluruh dunia.
"Ini penting dalam arti bahwa kami dapat menunjukkan akhir dari kekacauan yang dia ciptakan ini, bahwa ada transfer kekuasaan secara damai dan pihak-pihak yang bersaing berdiri di sana, berjabat tangan dan melanjutkan perjalanan," tutur dia.