REPUBLIKA.CO.ID,TANGERANG -- Penyakit pada musim pancaroba, khususnya di Indonesia, umumnya adalah adanya penyakit yang disebabkan oleh kuman, bakteri dan virus dan dilatarbelakangi pola perubahan cuaca. Sehingga berdampak pada perubahan pola patogen (pembawa) juga akan perubahan pola trasmisi (penyebaran).
Contohnya pada musim hujan, timbul genangan air lalu bersarang nyamuk hingga berdampak adanya penyakit demam berdarah. Pun begitu pada musim panas disertai angin kencang, yang kembali menyebarkan virus influenza di udara dan bakteri melalui hewan peliharaan.
Musim pancaroba juga dikaitkan dengan berbagai jenis penyakit seperti asma, sakit kepala, flu, hingga sakit pada saluran pencernaan juga pada persendian. Bagaimana agar masyarakat di Indonesia dapat mengantisipasi perubahan cuaca yang dapat menyebabkan penyakit-penyakit tersebut?
Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Umum (RSU) Siloam Karawaci, dr. Theo, Sp.PD menyatakan, hal yang paling mendasar agar selalu dilakukan adalah menjaga pola prilaku dan mengatur asupan gizi saat mengkonsumsi makanan. Menurut Theo, dua hal mendasar tersebut kerap dilupakan oleh masyarakat yang hidup di iklim tropis seperti di Indonesia.
"Perilaku gaya hidup dan konsumsi asupan gizi merupakan dua hal yang saling terkait erat guna pencegahan penyakit di musim pancaroba. Saya ambil contoh, prilaku masyarakat di luar negeri yang terbiasa menghadapi empat musim. Disaat cuaca dingin, mereka mengubah pola makan. Dan disaat musim semi atau musim panas, mereka menyesuaikan pakean yang cepat menyerap keringat namun tahan terhadap angin. Hal ini yang harus dicontoh dan dilakukan terlebih dahulu bagi masyarakat Indonesia sebelum menghadapi musim pancaroba", tutur dr. Theo, Sp.PD , Senin (07/12) ketika di Tangerang.
Dikatakan Theo, menyesuaikan perilaku gaya hidup dapat mencegah masyarakat Indonesia dari berbagai penyakit pancaroba. Semisal membiasakan diri menggunakan peralatan anti hujan, mengkonsumsi makanan penuh gizi, "juga membiasakan diri mengelola lingkungan tinggal disaat musim penghujan dan musim kemarau", imbuhnya mengingatkan.
Musim pancaroba adalah musim peralihan dari satu musim ke musim yang lain, biasanya terjadi pada bulan Maret sampai April (yang merupakan masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau) dan pada bulan Oktober sampai Desember (peralihan dari musim hujan ke musim kemarau). Musim pancaroba ditandai dengan angin kencang, hujan yang datang secara tiba-tiba dalam waktu singkat, puting beliung, udara yang terasa panas, serta arah angin yang tidak teratur.
Ia mengatakan dari pengamatan di RSU Siloam Karawaci, kerap ditemukan pasien yang mengalami saluran pencernaan ataupun penyakit leptospirosis pada musim pancaroba berlangsung. Umumnya penyakit tersebut dapat ditangani dengan baik di RSU Siloam Karawaci.
"Di musim penghujan memang biasanya kami mengalami peningkatan pasien akibat penyakit saluran pencernaan yang umumnya disebabkan oleh kualitas air. Salah satunya akibat banjir atau terganggunya pola makan karena gizi tidak seimbang. Begitu pula pada saat musim kemarau, kami pernah menangani penyakit leptospirosis atau yang umum adalah radang di areal telinga hidung dan tenggorokan", ungkap dr. Theo.