Dalam jurnal medis Lancet yang dipublikasikan pada Selasa (08/12), dilaporkan bahwa vaksin virus corona produksi AstraZeneca-Universitas Oxford menunjukkan bahwa vaksin tersebut aman dan mempunyai tingkat efektivitas rata-rata 70%.
Uji klinis tahap akhir dilakukan di Inggris, Brasil, dan Afrika Selatan menunjukkan vaksin aman digunakan kepada 23.745 peserta dan memberikan perlindungan terhadap virus corona kepada lebih dari 11.600 peserta.
Vaksin AstraZeneca menunggu persetujuan
Namun, masih belum jelas apakah persetujuan penggunaan vaksin ini akan diberikan oleh regulator di Inggris maupun tempat lain.
Mene Pangalos, kepala penelitian dan pengembangan di AstraZeneca, mengatakan bahwa pembuat vaksin akan mengajukan permohonan persetujuan regulasi di seluruh dunia.
"Kami berharap setelah otoritas regulasi meninjau data, kami bisa mendapatkan persetujuan kapan saja dari penyelesaian pengajuan, yang berarti bisa kapan saja mulai akhir tahun ini hingga awal tahun depan," katanya, seraya menambahkan bahwa hasil "dengan jelas menunjukkan" vaksin tersebut efektif dan memenuhi kriteria untuk persetujuan regulasi.
Pertanyaan penting muncul
Pada akhir November, AstraZeneca dan Universitas Oxford mengumumkan bahwa vaksin tersebut rata-rata efektif hingga 70%, dan hingga 90% orang dapat terlindungi jika dosis yang lebih rendah diberikan sebelum disuntik dosis penuh.
Para ilmuwan pun menunggu informasi lebih detail tentang hasil uji coba vaksin.
Dalam jurnal medis Lancet tidak diberikan jawaban mengapa peserta yang diberi dua dosis penuh vaksin COVID-19, tingkat efektivitasnya sebesar 62%. Sementara, peserta yang awalnya diberi dosis separuhnya, tingkat efektivitasnya mencapai 90%. Namun, kelompok kedua dinilai masuk ke golongan risiko rendah dan jumlahnya terlalu kecil, yakni berjumlah 2.741 peserta. Angka itu berarti kurang dari 6% total peserta dan berusia di bawah 55 tahun.
Temuan itu "akan membutuhkan penelitian lebih lanjut karena lebih banyak data akan tersedia dari uji coba," kata studi tersebut.
Penting bagi negara berkembang
Pengumuman itu muncul setelah Inggris memberikan vaksin virus corona pertamanya pada Selasa (08/12). Seorang wanita 90 tahun menerima dosis pertama vaksin yang dikembangkan oleh BioNTech dan Pfizer, yang telah mendapat persetujuan darurat oleh regulator Inggris pekan lalu. Vaksin ini diklaim memliki tingkat efektivitas yang jauh lebih tinggi, sekitar 90%. Selain itu vaksin dari Moderna juga diklaim memiliki tingkat efektivitas serupa.
Namun, kedua vaksin ini adalah yang pertama secara ilmiah, menggunakan teknologi pengeditan DNA yang inovatif. Hal ini membuat proses produksi menjadi mahal, dan harus disimpan pada suhu -70 derajat Celcius hampir setiap saat. Ini berarti membuatnya sulit digunakan di negara-negara dengan fasilitas dan infrastruktur medis yang kurang memadai.
Vaksin AstraZeneca, yang diproduksi bekerja sama dengan Serum Institute of India (SII), dinilai penting untuk menghentikan penyebaran virus corona di negara berkembang, karena lebih murah dan lebih mudah didistribusikan.
Andrew Pollard, direktur Oxford Vaccine Group, mengatakan bahwa sejumlah vaksin akan dibutuhkan untuk mengakhiri pandemi. "Ini benar-benar tidak bisa menjadi persaingan antar pengembang, harus menjadi persaingan dengan virus," kata Pollard dalam jumpa persnya, Selasa (08/12).
Dengan beberapa vaksin menjanjikan yang dikembangkan secara bersamaan dalam waktu singkat, pertanyaan yang muncul untuk semua vaksin itu adalah berapa lama kekebalan yang diberikan. Fase pengembangan yang lebih khusus, yang berlangsung selama beberapa tahun, cenderung memberikan gambaran efektivitas yang lebih lengkap.
rap/pkp (Reuters, AP, AFP)