REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) melepas varietas Rumput Steno Agrinak (Stenotaphrum secundatum var. Steno Agrinak) sebagai varietas unggul tanaman pakan ternak. Pelepasan ini berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 12553/KPTS/HK.160 /F/11/2020 tanggal 26 November 2020.
Pelepasan varietas tanaman pakan ternak ini merupakan yang pertama kalinya dilaksanakan, berdasarkan pengajuan pelepasan varietas oleh Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. "Selain itu tentunya juga telah melalui sidang evaluasi dan penilaian," ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Nasrullah.
Ia menjelaskan, rumput Steno ini memiliki keunggulan dengan adaptasi yang tinggi terhadap kondisi naungan. Selain itu, rumput Steno juga dinilai cocok untuk dataran rendah maupun dataran tinggi.
Produksi segar rumput Stenotaphrum secundatum var Steno Agrinak hasil pemuliaan mencapai 152,7 ton per hektare per tahun atau meningkat sebesar 153 persen dibanding varietas asal. Selain peningkatan produksi, diperoleh juga peningkatan nilai nutrisi (kandungan protein kasar) varietas hasil pemuliaan dibanding varietas asal (14,19 vs 9,15 persen).
Nasrullah menyebut, efisiensi pemanfaatan lahan untuk penanaman hijauan pakan dapat ditingkatkan melalui introduksi rumput Stenotaphrum secundatum var. Steno Agrinak ini. Tanaman perkebunan diharapkan bisa menjadi pendukung integrasi ternak-tanaman.
"Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Lolit Sei Putih dengan melakukan perbanyakan tanaman asal di bawah tegakan leguminosa pohon Gamal, Indigofera, Kelapa Sawit dan Coklat," imbuh dia.
Pemulia Balai Penelitian Ternak Ciawi, Achmad Fanindi, mengatakan pemuliaan dilakukan dengan metode seleksi massa positif mulai tahun 2016 sampai dengan 2018 di kebun percobaan Loka Penelitian Kambing Potong.
Sedanglan, sumber bibit rumput Stenotaphrum secundatum var. Steno Agrinak pada awalnya diperoleh dari Gorontalo, Sulawesi dan dikoleksi pada kebun plasma nutfah Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih Sumatera Utara.
Kemudian, bibit yang berasal dari tanaman terseleksi ditanam dan diujiadaptasikan pada dua lokasi yang berbeda, yaitu di Kebun Percobaan (KP) Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih, Kabupaten Deli Serdang dan Kebun Percobaan (KP) Gurgur, Kabupaten Toba Samosir. Total luas lahan pada kedua lokasi kebun tersebut 1.600 meter persegi.
Keduanya memiliki daerah dengan elevasi yang berbeda. Di Deli Serdang merupakan dataran rendah beriklim basah (ketinggian 50-100 m dpl dengan rataan curah hujan 1.200 mm/thn), sedangkan di Toba Samosir merupakan dataran tinggi beriklim sedang dengan total ketinggian 1.180 m dpl serta rataan curah hujan 32-167 mm/bln).
Achmad mengungkapkan, berdasarkan data pengamatan, maka diperoleh rataan produksi segar untuk varietas hasil seleksi mencapai 152,7ton per hektare per tahun di lahan dataran rendah dan 98,3 ton per hektare per tahun di lahan dataran tinggi. Hasilnya, produksi ini meningkat dibanding varietas asal yang hanya sebesar 60,4 dan 44,9 ton per hektare per tahun.
"Selain keunggulan tersebut, rumput Stenotaphrum secundatum var. Steno Agrinak memiliki palatabilitas yang tinggi pada percobaan menggunakan kambing Boerka dengan kecernaan antara 60,7 hingga 72,8 persen dan konsumsi bahan kering mencapai 3,25 persen dari bobot hidup,” paparnya.
Ketua Tim Penilai Varietas Tanaman Pakan Ternak (TPV TPT) sekaligus Direktur Pakan Makmun, berharap ke depannya jenis tanaman pakan binaan PKH lainnya dapat dilakukan pelepasan varietas. Harapannya agar selanjutnya dapat disertifikasi dan diedarkan sesuai ketentuan perundang-undangan.
"Pelepasan varietas Stenotaphrum secundatum var. Steno Agrinak ini menjadi yang pertama kalinya bagi Ditjen PKH. Saya harap ini bisa jadi momentum pelepasan jenis tanaman pakan binaan PKH lainnya," imbuh Makmun.
Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo alias SYL mendukung pelepasan varietas tanaman pakan ternak ini. Namun, ia mengingatkan bahwa pelepasan ini merupakan hasil kerja sama yang baik dengan stakeholder terkait. Utamanya, Badan Litbang Pertanian atau Perguruan Tinggi.
Menurutnya, pelepasan varietas tanaman pakan ternak perdana ini juga menjadi tanda era baru bagi perkembangan varietas tanaman pakan ternak memasuki industri perbenihan maju dan modern. Hal ini sejalan dengan mendukung peningkatan produksi benih dan Hijauan Pakan Ternak (HPT) yang berkualitas untuk mendorong peningkatan produktivitas ternak.
"Yang akhirnya mengarah pada penyediaan pangan lokal berbasis protein hewani. Semoga saja," tutur Menteri SYL.