Senin 14 Dec 2020 17:16 WIB

3 Sikap Sejuk PM Jacinda Ardern ke Muslim Selandia Baru

Jacinda Ardern merangkul komunitas umat Islam sebagai bagian Selandia Baru

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengenakan hijab
Foto: About Islam
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengenakan hijab

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Usai tragedi teror penembakan di dua masjid Selandia Baru yaitu Masjid Christchurch dan Masjid Al Noor pada 15 Maret 2019 lalu, PM Selandia Baru Jacinda Ardern menaruh perhatian lebih kepada komunitas Muslim di negaranya. 

Ardern mengambil langkah taktis dan strategis untuk merangkul umat Islam sebagai bagian tak terlepaskan dari Selandia Baru. Beberapa kebijakan atau sikap yang diberikan Ardern kepada umat Islam di Selandia Baru di antaranya:  

Baca Juga

1. Menyiarkan adzan secara nasional 

Selandia Baru menyiarkan adzan di televisi nasional dan radio pada Jumat sebagai tanda solidaritas untuk umat Islam komunitas itu setelah serangan teror terjadi. Jumat yang menandai tepat satu pekan sejak serangan di mana setidaknya 50 Muslim meninggal dunia ketika seorang teroris menembaki jamaah selama sholat Jumat di Masjid Al Noor dan Linwood di Christchurch. 

Layanan peringatan diadakan di semua provinsi di Selandia Baru dan hening selama dua menit dilakukan sebagai tanda penghormatan kepada para korban.  

2. Memakai Jilbab sebagai bentuk solidaritas 

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern juga mendorong wanita untuk mengenakan jilbab sebagai bentuk solidaritas dengan umat Islam tak terkecuali Ardern sendiri.  

Mereka juga diminta untuk mengheningkan cipta selama dua menit. Ardern bergabung dengan ribuan orang yang berkumpul di Christchurch untuk sholat di luar Masjid Hagley. 

3. Pendampingan komunitas Muslim 

Karena perbedaan budaya dan bahasa, banyak keluarga korban yang mengalami trauma tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka sebagian besar adalah imigran dan membutuhkan bantuan.  

Usai terjadinya peristiwa tersebut, Ardern meminta untuk pegawai pemerintah mengunjungi keluarga korban untuk melakukan pendampingan dan mendapatkan layanan yang dibutuhkan. Sebagian besar dari mereka berasal dari luar Christchurch, beberapa di antara mereka bertugas pendampingan kesehatan mental untuk mengatasi trauma.   

"Kami memiliki staf dari seluruh layanan publik yang meninggalkan keluarga mereka dan untuk jangka waktu yang lama berbasis di luar Christchurch dan mengerahkan diri untuk mendukung komunitas dan memastikan mereka memiliki akses ke layanan, apakah itu ACC, MSD, apa pun itu dibutuhkan," kata Ardern. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement