REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Penelitian antibodi yang digelar di seluruh Spanyol menunjukkan jumlah populasi yang terpapar virus Corona pada gelombang kedua wabah akhir musim panas lalu naik dua kali lipat. Hampir 10 persen atau 4,7 juta warga Spanyol terinfeksi Covid-19.
Dalam penelitian yang digelar pada paruh kedua bulan November lalu lebih dari 51.400 orang di seluruh Spanyol dites dan disurvei. Hasilnya menunjukkan angka penularan jauh lebih tinggi dibandingkan yang telah dikonfirmasi. Sejauh ini Spanyol mengkonfirmasi 1,75 juta kasus positif virus korona.
"Satu dari 10 orang yang tinggal di Spanyol akan terinfeksi, setengahnya selama gelombang pertama dan setengahnya lagi pada gelombang kedua wabah," kata pemimpin penelitian ini, Direktur Carlos III Health Institute, Raquel Yotti, Rabu (16/12).
Prevalensi paling tinggi ada di Madrid dibandingkan wilayah-wilayah lain. Sekitar 18,6 persen populasi dinyatakan positif Covid-19. Angka prevalensi hasil penelitian sebelumnya hanya 5 persen. Penelitian yang dirilis bulan Juli lalu itu memeriksa 70 ribu orang dari bulan April hingga Juni.
Spanyol menjadi negara Eropa yang paling terdampak pandemi virus Corona baik dari segi penularan maupun ekonomi. Sekitar 48.401 orang meninggal dunia karena virus itu. Dalam 24 jam terakhir bertambah 388 orang.
Kementerian Kesehatan Spanyol mengumumkan pada Selasa (15/12) kemarin jumlah kasus positif bertambah 10.328. Sehingga total kasus yang telah dikonfirmasi menjadi 1.762.212 kasus.
Angka infeksi dalam 14 hari terakhir naik untuk kedua kalinya menjadi hampir 199 kasus per 100 ribu orang. Pemerintah Spanyol sudah memberlakukan masa darurat pada Oktober lalu dengan menerapkan peraturan pembatasan sosial yang baru untuk menahan laju penyebaran virus.