Jumat 18 Dec 2020 00:35 WIB

Masker Bedah Dipakai Berulang, Seburuk Apa Dampaknya?

Memakai kembali masker bedah yang sudah kotor punya dampak negatif.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Orang tua memakaikan anaknya masker bedah (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Orang tua memakaikan anaknya masker bedah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa mengenakan masker bekas pakai bisa lebih berbahaya dibandingkan tidak menggunakan masker sama sekali dalam hal mencegah infeksi virus corona jenis baru (Covid-19). Masker bedah tiga lapis yang dalam kondisi baru disebut 65 persen efisien dalam menyaring partikel di udara, namun saat telah digunakan kemampuannya turun menjadi 25 persen.

Peneliti dari University of Massachusetts Lowell dan California Baptist University mengatakan bahwa masker memperlambat aliran udara, membuat orang lebih rentan menghirup partikel. Masker wajah yang kotor tidak dapat secara efektif menyaring tetesan terkecil.

Baca Juga

"Wajar untuk berpikir bahwa memakai masker, tidak peduli baru atau lama, selalu lebih baik daripada tidak sama sekali," ujar penulis studi Jinxiang Xi, dilansir Fox News, Kamis (17/12).

Xi mengatakan, hasil studi yang diterbitkan pada Selasa di jurnal Physics of Fluids menunjukkan bahwa keyakinan itu hanya berlaku untuk partikel yang lebih besar dari 5 mikrometer, tetapi tidak untuk partikel halus yang lebih kecil dari 2,5 mikrometer. Untuk mencapai temuan, para peneliti menggunakan model komputer dari seseorang yang mengenakan masker bedah tiga lapis untuk melacak bagaimana masker memengaruhi aliran udara dan bagaimana partikel melewatinya.

Para peneliti juga melihat bagaimana tetesan kecil menempel di wajah, di saluran napas, dan di mana mereka mendarat di hidung, faring, atau paru-paru dalam. Mereka menemukan bahwa memakai masker secara signifikan memperlambat aliran udara.

Sementara itu, ketika kemanjuran masker dikurangi, orang menjadi lebih rentan menghirup aerosol ke dalam hidung. Di situlah tempat virus corona jenis bari (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19 suka bersembunyi.

"Dalam studi ini, kami menemukan bahwa efikasi pelindung dari masker untuk saluran napas hidung menurun pada laju aliran inhalasi yang lebih rendah," jelas peneliti dalam studi tersebut.

Lipatan dari masker juga secara signifikan memengaruhi pola aliran udara dan kemanjurannya berubah seiring frekuensi pemakaian. Tim peneliti berencana mempelajari bagaimana bentuk masker memengaruhi perlindungan dari Covid-19.

"Kami berharap otoritas kesehatan masyarakat memperkuat langkah-langkah pencegahan saat ini untuk mengekang penularan Covid-19, seperti memilih masker yang lebih efektif, memakainya dengan benar untuk perlindungan tertinggi, dan menghindari penggunaan masker bedah yang digunakan secara berulang secara berlebihan atau kedaluwarsa,” kata Xi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement