Senin 21 Dec 2020 16:09 WIB

Gerindra tak Mau Spekulasi Soal Reshuffle

Gerindra tak ingin berspekulasi soal sosok yang diganti atau mengganti nanti.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Ratna Puspita
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman mengatakan perombakan atau reshuffle kabinet merupakan hak prerogatif dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Gerindra tak ingin berspekulasi soal sosok yang diganti atau mengganti nanti. 

"Gerindra sendiri tidak mau spekulasi ya dan tidak mau intervensi soal-soal tersebut," ujar Habiburokhman di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (21/12). 

Baca Juga

Ia juga membantah, posisi menteri kelautan dan perikanan merupakan jatah untuk Gerindra. Sebab, Edhy Prabowo yang ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena kasus ekspor benih lobster merupakan kader Gerindra. "Tidak ada lah, tidak ada jatah menjatah," ujar Habiburokhman. 

Anggota Komisi III DPR itu juga belum mendapatkan informasi perihal waktu dan sosok yang akan direshuffle oleh Jokowi. "Belum, belum. Begituan kan bisa injury time," ujar Habiburokhman.  

Sebelumnya, langkah reshuffle makin mendesak setelah dua menteri Kabinet Indonesia Maju, yakni Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo dan Menteri Sosial Juliari P Batubara, tersandung kasus korupsi. Sebelum dua menteri Jokowi terjerat kasus di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jokowi sempat mengapungkan isu reshuffle.  

Pada sidang kabinet paripurna Juni lalu, Jokowi terang-terangan mengancam akan mengganti menteri-menteri yang tidak bisa bekerja cepat dalam penanganan Covid-19, baik dari sisi kesehatan, ekonomi, dan sosial.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement