REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Akses jalan di Kawasan Kayutangan kembali dibuka untuk kendaraan umum, Senin (21/12). Kawasan ini telah menyelesaikan tahap awal proyek pembangunan Kayutangan Heritage sejak 9 November lalu.
Kepala Bagian (Kabag) Humas, Pemerintah Kota (Pemkot) Malang, M Nur Widianto mengatakan, proyek pembangunan Kayutangan sebenarnya belum selesai seluruhnya. Pembukaan jalur di Jalan Jenderal Basuki Rahmat ini ditunjukkan untuk memfungsikan kembali arus lalu lintas.
"Jadi masih ada pengerjaan penataan kawasan dalam perkampungan, percantikan dekorasi kota," kata pria disapa Widianto kepada Republika, Senin (21/12).
Pemkot Malang menargetkan pembangunan di Kayutangan akan menyerupai kawasan Malioboro di Yogyakarta dan Jalan Braga di Bandung. Pembangunan ini mengharuskan penutupan beberapa titik jalan sehingga menimbulkan kemacetan sejak 9 November sampai 20 Desember 2020. Kebijakan ini diambil karena terdapat pemasangan batuan andesit di area Kayutangan atau Jalan Jenderal Basuki Rahmat.
Mengacu pada jadwal kontrak, masa pekerjaan proyek di Kayutangan sekitar 300 hari kalender. Jadwal ini terhitung sejak 27 April 2020 sampai 20 Februari 2021 dengan cakupan pekerjaan di wilayah kelurahan Polehan dan Kauman. Proyek ini di dalamnya termasuk koridor jalan Basuki Rahmat dengan nilai proyek Rp 23 miliar melalui Dana Alokasi Khusus (DAK).
Setelah penataan jalan di Jalan Basuki Rahmat, Wali Kota Malang, Sutiaji mengatakan, Pemkot Malang akan kembali melanjutkan pembangunan dengan memanfaatkan dana APBD. Sutiaji berharap, pembangunan dan pengembangan ini dapat selesai pada Agustus 2021. "Kita harapkan ini akan menjadi salah satu destinasi wisatawan saat berkunjung ke Kota Malang," ucapnya.
Warga Kota Malang, Aris mengaku belum merasakan perbedaan dari pembangunan Kayutangan. Tidak ada esensi keindahan Malioboro dan Braga di kawasan tersebut. Ia juga khawatir perubahan jalan dari aspal ke batuan andesit akan membahayakan pengendara karena licin.
Aris mengetahui proses pembangunan kawasan Kayutangan masih berlangsung sampai Agustus 2021. Oleh sebab itu, dia berharap, kawasan ini nantinya tidak menimbulkan kemacetan karena lahan parkir terbatas. "Karena pasti kalau banyak yang foto, parkirnya juga sembarangan. Lahannya terbatas tidak dipikirkan dampaknya kalau wisatawan sampai foto-foto, padahal itu jalan arteri utama keluar masuk Kota Malang," jelasnya.