Oleh : Denny JA, Akademisi/Konsultan Politik/Kolomnis
REPUBLIKA.CO.ID, --- Perombakan kabinet Jokowi di era pandemik, Desember 2020, menjadi sangat unik. Cawapres dari Pilpres 2019 yang berkompetisi, Sandiaga Uno, resmi menyusul pasangan Capresnya, Prabowo, berdua menjadi menteri bagi kompetitornya yang terpilih: Jokowo- Maaruf Amin.
Wow! Hanya di Indonesia peristiwa ini dapat terjadi. Aneh tapi Nyata!
Peristiwa ini bisa masuk yang pertama dalam World Guiness Book of Record. Untuk dunia demokrasi yang menganut pemilihan presiden langsung, ini bisa menjadi satu dari tujuh keajaiban dunia.
Pertanyaannya baik atau burukkah hal ini bagi membangun tradisi demokrasi yang sehat?
Jawab: Ada tiga tafsir!
-000-
Masih terbayang suasana dan batin pemilihan pilpres tahun 2019. Ini pertarungan politik tingkat nasional yang paling membelah dalam sejarah Indonesia.
Persahabatan, dunia kerja, bahkan hubungan keluarga bisa pecah karena beda pilihan politik dalam pilpres. Politisasi agama dan politik identitas membuat keterbelahan itu menjadi emosional.
Seolah olah, Pilpres 2019 itu pertarungan hidup dan mati bagi masa depan Indonesia. Jika yang satu menang, indonesia mungkin akan bubar karena salah arah. Jika yang lain menang, Indonesia mungkin akan menjadi negara agama.
Lihatlah perbedaan visi dan misi dua pasangan capres dan cawapres ini dalam tiga kali debat. (1) Terkesan mereka bertarungan karena menawarkan masa depan Indonesia yang berbeda.
Lihatlah polarisasi dalam masyarakat sipil yang mendukung. Seolah perjuangan suci menyelamatkan agama menjadi pertaruhan dalam pilpres.(2)
Bahkan ketika KPU secara resmi mengumumkan pemenang, polarisasi tak kunjung berhenti. Isu people power terdengar. (3)
Ternyata hingar blingar tahun 2019 ini berlangsung setahun saja. Lihatlah kini di tahun 2020. betapa harmoni dan mesranya dua pasangan capres yang bertarung itu. Mereka bersanding menjalankan satu pemerintahan.
Netizen terbelah pro dan kontra. Yang tak suka, jika kita gunakan umpatan betawi, merespon: Makdikipe! Sialan. Gua ketipu!
Yang suka, merespon sebaliknya. Aha! Peace! Bravo!
Tiga tafsir politik dapat diberikan merespon peristiwa langka ini. Positif, Netral dan Negatif.
-000-