REPUBLIKA.CO.ID, "Sudah punya rapid, Bang?" begitu perkataan sejumlah pria, yang mengenakan jaket ojek daring, kepada calon penumpang di Stasiun Pasar Senen. Jika kebingungan calon penumpang menjawab pertanyaan itu, sejurus kemudian mereka bakal menawarkan jasa rapid test atau pengurusan surat keterangan sehat (SKS) yang diklaim murah meriah.
Praktik percaloan ini tampak di pintu masuk Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, Kamis (17/12) siang. Delapan orang itu silih berganti menawarkan jasa cek kesehatan agar calon penumpang bisa berangkat menuju kota tujuan. Sebab, PT KAI mewajibkan calon penumpang mengantongi hasil swab test atau rapid test ataupun SKS jika ingin bepergian dengan kereta.
Salah satu calo, yang menggunakan jaket ojek daring dan topi berwarna hitam, menawarkan jasa itu kepada Republika. Harga rapid test Rp 95 ribu. Sedangkan pengurusan SKS Rp 45 ribu. Jika setuju, biaya bertambah Rp 40 ribu untuk ongkos perjalanan ke klinik.
"Udah banyak yang saya bantuin. Tuh yang dua orang juga saya yang bantuin. Ayo, bentar kok Bang. Saya antarin sekarang," kata pria paruh baya itu sembari menunjuk dua calon penumpang yang sedang duduk di lantai pintu masuk stasiun.
Berbagai jurus ia pakai untuk meyakinkan Republika. Pria itu menyebut rapid test yang ditawarkan lebih murah. "Di stasiun harga rapid Rp 200 ribu. Kalau bikin SKS tidak ada di stasiun," katanya.
Dia juga berupaya meyakinkan dengan menyebut prosesnya tak makan waktu lama. Sebab, kata dia, klinik tempat rapid test itu berlokasi di sekitar Fly Over Galur, Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat.
Jurus lainnya adalah soal keabsahan hasil rapid test. Ia berkali-kali meyakinkan bahwa jasa rapid test yang ditawarkan adalah orisinal. Ia lantas menyebut pihak stasiun tak akan mengakui hasil rapid test dari tiga klinik lantaran pernah memberikan hasil tes palsu.
"Kita udah dibilangin sama orang dalam stasiun, jangan ke klinik yang tiga itu. Klinik yang saya ini aman," ucapnya.
Dua calon penumpang, yang menggunakan jasa calo sempat memperlihatkan hasil rapid test-nya kepada Republika. Remaja berusia 20-an tahun itu mengaku proses rapid test menggunakan jasa calo hanya memakan waktu 30 menit. "Saya hasilnya nonreaktif," kata pria yang hendak bertolak menuju Surabaya itu.
Sementara itu, di salah satu sudut di area pintu masuk stasiun, tampak empat calo menatap tajam ke arah antrean penumpang yang hendak menaiki kereta. Mereka menunjuk-nunjuk seseorang yang sedang mengantre untuk memperlihatkan hasil rapid test.
"Itu dia yang pakai topi putih. Kalau mental gimana Bang?" kata salah satu di antara mereka. Sosok bertopi putih yang mereka tunjuk adalah salah seorang pemakai jasa cek kesehatan mereka.
Pertanyaan itu tak segera mendapat jawaban. Mereka masih fokus memperhatikan proses pengecekan hasil rapid test oleh petugas. Sampai akhirnya salah satu di antara mereka berkata, "Tembus itu. Itu dia lagi diperiksa. Nah tembus kan."