Kamis 31 Dec 2020 10:09 WIB

Studi: Kasus Corona di Wuhan Bisa 10 Kali Lebih Banyak

Studi di Cina menyebut kasus corona Wuhan 10 kali lebih tinggi dari yang dilaporkan

Rep: Deutsche Welle/ Red: Elba Damhuri
Beberapa ranjang yang digunakan untuk menangani pasien pada masa-masa awal COVID-19 mewabah di Wuhan menjadi salah satu koleksi di Museum Anti-COVID-19 di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Sabtu (21/11/2020). Sejak dibuka pada 15 Oktober 2020, museum yang menggambarkan situasi Wuhan saat awal mula pandemi terjadi itu dikunjungi lebih dari 3.000 orang per hari.
Foto: ANTARA/M. Irfan Ilmie
Beberapa ranjang yang digunakan untuk menangani pasien pada masa-masa awal COVID-19 mewabah di Wuhan menjadi salah satu koleksi di Museum Anti-COVID-19 di Wuhan, Provinsi Hubei, China, Sabtu (21/11/2020). Sejak dibuka pada 15 Oktober 2020, museum yang menggambarkan situasi Wuhan saat awal mula pandemi terjadi itu dikunjungi lebih dari 3.000 orang per hari.

REPUBLIKA.CO.ID, DEUTSCHE WELLE -- Jumlah kasus virus corona di kota tempat wabah pertama kali terdeteksi diyakini berjumlah 10 kali lebih tinggi dari angka resmi, menurut sebuah studi otoritas kesehatan Cina di Wuhan.

Sekitar 4,4 persen dari 11 juta penduduk kota terdeteksi mengembangkan antibodi terhadap patogen yang menyebabkan COVID-19 pada April, menurut laporan dari Pusat Pengendalian Penyakit Cina (CDC).

Ini berkorelasi dengan sekitar 480.000 infeksi di Wuhan pada bulan April, hampir 10 kali lipat dari penghitungan resmi yang ‘hanya’ mencapai 50.000 kasus.

Cina telah menghadapi rentetan kritik dari dalam dan luar negeri atas penanganan awal virus tersebut, termasuk upaya untuk membungkam pelapor dan tidak memublikasikan kasus infeksi selama berhari-hari pada awal Januari.

Pada hari Senin (28/12), jurnalis warga (citizen journalist) Zhang Zhan dipenjara selama empat tahun karena melaporkan kondisi di Wuhan saat puncak wabah.

Kekacauan sistem pelaporan

Perbedaan yang diungkapkan oleh data CDC mungkin "menunjukkan potensi pelaporan yang kurang karena kekacauan pada akhir Januari dan awal Februari, ketika sejumlah besar orang tidak diuji atau tidak diuji secara akurat untuk COVID-19", ujar Huang Yanzhong, dari Council on Foreign Relations (CFR).

CDC menambahkan bahwa hanya 0,44 persen populasi di provinsi Hubei tengah di luar Wuhan yang menunjukkan antibodi untuk virus tersebut, menunjukkan bahwa lockdown selama 77 hari kemungkinan membantu mencegah penyebaran penyakit.

Temuan survei terhadap lebih dari 34.000 orang di seluruh negeri yang dilakukan pada April itu baru dirilis Senin (28/12).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement