Oleh : Denny JA, Akademisi/Konsultan Politik/Kolomnis
REPUBLIKA.CO.ID -- Setelah 75 tahun merdeka, setelah 24 tahun Reformasi, di kalangan para elite politik yang berpengaruh, belum berada dalam satu persepsi soal bagaimana meletakkan agama di ruang publik.
7 buku karya Denny JA ini sebuah provakasi, jika dirumuskan dalam satu alinea: “Bukalah mata. Lihatlah data. Negara yang paling membuat warga negaranya bahagia (world happiness index), negara yang paling maju membangun manusia (Human Development Index), negara yang paling bebas korupsi, paling sejahtera, paling tinggi kemajuan ilmu pengetahuan, itu tak lain adalah Negara demokrasi yang menerapkan prinsip hak asasi manusia, di mana ruang publiknya dinetralkan dari dominasi satu agama.”
Prinsip di atas, diuraikan dalam bahasa berbeda, dalam buku di bawah ini.
Semua buku dapat dibaca, didownload gratis, disebarkan, karena memang didermakan untuk ikut mewarnai renungan Indonesia akan dibawa kemana.
1) JALAN DEMOKRASI DAN KEBEBASAN UNTUK DUNIA MUSLIM
Tak hanya Indonesia, bahkan dunia akan menjadi lebih damai dan maju, jika negara yang mayoritasnya Muslim hijrah memeluk Demokrasi dan Kebebasan.
Dengan aneka teori, data dan praktek politik, Denny JA mengeksplor pengalaman demokrasi di berbagai belahan dunia, 50 negara Muslim, peran kelas menengah, dan mengapa tak usah lagi menanyakan apakah prinsip Islam sesuai atau tidak dengan demokrasi.
Klik: https://www.facebook.com/groups/970024043185698/permalink/1324597131061719/
2) BUKAN NKRI BERSYARIAH, TAPI RUANG PUBLIK YANG MANUSIAWI
Buku ini berisi tanggapan 21 pakar atas esai Denny JA: justru jika inginkan nilai islami memenuhi ruang publik, berdasarkan riset Islamicity Index, negara yang paling menghasilkan ruang publik yang islami: pemerintahan yang amanah/bersih, pro pada kesejahteraan, dll, itu adalah negara demokrasi seperti yang ada di negara maju.
Klik: https://www.facebook.com/groups/970024043185698/permalink/1136091089912325/