Sabtu 02 Jan 2021 07:17 WIB
TEROPONG REPUBLIKA 2020

Misi Robot di Olimpiade Tokyo

Jepang menjanjikan pelaksanaan Olimpiade paling inovatif dalam sejarah.

 Pekerja berdiri di atas tongkang membawa monumen cincin Olimpiade di tepi laut Taman Laut Odaiba, di Tokyo, Jepang, 01 Desember 2020. Monumen cincin Olimpiade telah dipasang kembali ke lokasi aslinya setelah pekerjaan pemeliharaan. Olimpiade Tokyo 2020 telah dijadwalkan ulang menjadi 23 Juli 2021, karena pandemi virus corona.
Foto: EPA-EFE/FRANCK ROBICHON
Pekerja berdiri di atas tongkang membawa monumen cincin Olimpiade di tepi laut Taman Laut Odaiba, di Tokyo, Jepang, 01 Desember 2020. Monumen cincin Olimpiade telah dipasang kembali ke lokasi aslinya setelah pekerjaan pemeliharaan. Olimpiade Tokyo 2020 telah dijadwalkan ulang menjadi 23 Juli 2021, karena pandemi virus corona.

Teropong Republika 2020-2021 berisi ulasan isu penting yang terjadi selama setahun belakangan. Sekaligus mencoba memproyeksikan bagaimana persoalan serupa bisa diselesaikan pada tahun depan. Kita semua berharap Indonesia 2021 tentu berbeda dari situasi tahun sebelumnya. Harus bangkit dan lebih baik lagi. 

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh: Agung Sasongko

Redaktur Olahraga Republika

Hitung mundur Olimpiade pada sebuah jam raksasa di Tokyo hanya mampu bertahan hingga angka 112 hari tersisa menjelang pembukaan pesta empat tahunan itu. Pelaksanaan Olimpiade Tokyo 2020 diputuskan mundur setahun dari jadwal semula. Pandemi Covid-19 yang muncul sejak awal tahun 2020 mengubah semuanya.

Seluruh agenda olahraga dunia tak jauh dari kata dibatalkan atau ditunda pelaksanaannya. Jika berjalan sesuai rencana, dapat dipastikan tahun 2021 bakal dipadati agenda olahraga internasional sekaligus diharapkan menjadi momentum kebangkitan olahraga yang tiarap sejak Maret 2020 akibat pandemi. Olimpiade, IOC, dan Jepang bakal menjadi sorotan dalam hal ini. 

Sekitar 57 tahun silam, dunia dibuat kagum dengan kemampuan Jepang menjadi tuan rumah Olimpiade musim panas pada tahun 1964. Rangkaian inovasi dipamerkan.  Negara yang kalah Perang Dunia II itu coba memperlihatkan wajah barunya. Negeri Matahari Terbit mengawalinya dengan menampilkan Yoshinori Sakai, pemuda berusia 19 tahun yang berlari membawa api Olimpiade ke Stadion Nasional Tokyo pada 10 Oktober 1964. Kehadiran Sakai seakan menjadi penggambaran Jepang yang baru melalui sosoknya.

Berpuluh-puluh tahun kemudian, Tokyo kembali menjadi tuan rumah Olimpiade. Pada pelaksanaan Olimpiade Tokyo 2021, Jepang menjanjikan pelaksanaan Olimpiade paling inovatif dalam sejarah. Implementasi janjinya itu salah satunya terepresentasikan dalam wujud sebuah robot. Kehadiran robot ini merupakan bagian dari proyek ambisius Jepang melalui Proyek Robot Tokyo 2020.

Dalam beberapa dekade terakhir, Jepang begitu serius mengembangkan teknologi robot. Investasi besar disuntikan. BBC melansir total 100 miliar yen atau 100 juta dolar digelontorkan guna memperlihatkan kepada dunia, robot-robot yang dilahirkan di Jepang. Mengapa robot?

Sebuah artikel yang dimuat BBC menggambarkan betapa pentingnya peran robot bagi masyarakat Jepang yang men-dewa-kan otomatisasi dalam kehidupan sehari-harinya. Meroketnya industri otomotif di Jepang turut mendorong hal tersebut. Kebutuhan akan tenaga kerja menjadi awalan. Pada akhirnya sektor-sektor lainnya seperti kesehatan, manufaktur, dan lainya juga membutuhkan bantuan para robot.

Karenanya, Olimpiade Tokyo diyakini Jepang menjadi momentum tepat untuk kembali mendengungkan kemampuannya mengembangkan teknologi robot. Nyatanya Jepang kini harus berhadapan dengan AS dan Cina, bahkan Korea Selatan yang lebih dominan dalam penerapan teknologi robot dalam industri maupun rumah tangga.  

Di Olimipade, Jepang akan memperkenalkan robot yang bertugas membantu panitia dan peserta selama pesta olahraga itu berlangsung. Robot tersebut, Human Support Robot (HSR) dan Delivery Support Robot (DSR), dibuat oleh Toyota. Menurut rencana ada 16 robot yang bakal ditugasi di venue Olimpiade.

Nantinya mereka akan membantu mengarahkan para penonton menuju lokasi tempat duduk, menyebarkan informasi seputar Olimpiade, serta membawa makanan dan minuman. Kabarnya, pengembangan terus dilakukan sehingga robot ini akan menjalani peran lebih luas lagi ketimbang pendahulunya.

Segaris lurus, Miraitowa yang menjadi salah satu maskot Olimpiade seolah menegaskan perubahan tersebut. Pesan perubahan yang dahulunya dibawakan Sakai sekitar 56 tahun silam kini dilanjutkan Miraitowa. 'Mirai' memiliki arti masa depan, sedangkan 'towa' berarti keabadian. Kedua arti tersebut dihubungkan bersama yang bermakna masa depan yang penuh dengan harapan di hati semua orang di dunia. 

Inilah pandangan positif dan optimisme Jepang soal robot. Satu ide yang mungkin akan memunculkan pertanyaan besar di masa depan. Memang jalan menuju pengembangan mendalam soal robot masih panjang. Masih banyak kerumitan yang belum diperoleh jawabannya.

Bisa jadi, penampilan robot di Olimpiade tahun ini akan memberikan gambaran kepada Anda bagaimana perkembangan itu terjadi di masa depan. Ini sejalan dengan perkembangan teknologi lainnya semisal ponsel. Kehadiran fitur Siri di perangkat Iphone atau Google Assistant di perangkat Android menjadi contohnya. Pesan suara yang awal memiliki tugas sederhana kini bisa menerjemahkan apa yang Anda ingin cari. Tak menutup kemungkinan fungsinya terus bertambah di masa depan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement